February 24, 2010

Love Message

"Jika laut bisa memberikan ketentraman dalam hidup, 'kan kubenamkan badan ini didalamnya. Jika kamu dapat memberikannya, 'kan kubenamkan jiwa ini jauh lebih dalam di hati kamu, hidup dalam setiap detak jantungmu, bersama dalam mengarungi suka dan duka kehidupan...."

[Wotu's love message to his Tweet2....]

February 22, 2010

Book Review: Muslim-Non-Muslim Marriage: Political and Cultural Contestations in Southeast Asia

  • Hardcover: 340 pages
  • Publisher: Institute of Southeast Asian Studies (June 2009)
  • Language: English
  • Product Dimensions: 23.6 x 15.6 x 2.8 cm

Review

"This is an excellent and rare exploration of a sensitive religious issue from many perspectives legal, cultural and political. The case studies from Indonesia, Malaysia, Singapore and Thailand portray the important and exciting, yet very difficult, negotiation of Islamic teachings in the changing realities of Southeast Asia, home to the majority of Muslims in the world. Interreligious marriage is an important indicator of good relations between communities in religiously diverse countries. This book will also be of great interest to students and scholars of religious pluralism in a Southeast Asian context, which has not been studied adequately." - Zainal Abidin Bagir, Executive Director, Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS), Gadjah Mada University, Indonesia.

"The issue of Muslim-non-Muslim marriages has different connotations in the different Southeast Asian states. For example, in Thailand it is more a fluid cultural issue but in Malaysia it reflects great racial schisms with severe legal implications. This book is a welcome one as it examines the issue not only from the perspectives of various Southeast Asian nations but also from so many angles; the legal, historical, social, cultural, anthropological and philosophical. The work is scholarly, yet accessible. Underlying it, there is a vital streak of humanism." - Azmi Sharom, Associate Professor, Faculty of Law, University of Malaya.

February 19, 2010

Surat untuk Sahabat Pejalan

I just visited again my old home blog and re-read of what I posted for almost two years ago here, and would like to re-post it again here, to my current home, as the message from what my inspiring friend's wrote are still touching me and reminds me again of what I feel today, and should keep it on my mind, for a wiser me, a wiser Lia. :D

So may this writing be blessed and touch you all here too !

===================

Untuk Sahabat Pejalan

Alhamdulillah, kamu lagi diberi banyak kesempatan. Alhamdulillah, sedang disuguhkan pilihan-pilihan. Ingatlah rasa itu: berada di depan pintu-pintu terbuka. Ingat-ingatlah rasa itu manakala suatu hari nanti kamu berada di depan pintu-pintu tertutup. Ingatlah bahwa segala sesuatu mengenal musim. Terang-gelap. Pasang-surut. Terbuka-tertutup. Tapi ketika berhadapan dengan pintu tertutup, tetaplah bersyukur, karena setidaknya kamu tidak diberi kebingungan harus memilih yang mana.

Tentang jalan mana yang harus kamu pilih, pilihlah jalan yang membuat hatimu bergetar. Pilihlah jalan yang membuatmu merasa bersemangat dan berpengharapan, rendah hati dan aktif. Kalau membuat kamu malas, enggan… itu bukan jalan untuk ditempuh.

Jangan pernah takut soal rizki. “Belahan jiwa” kita akan mencukupi. Sekali lagi mencukupi. Tidak berlebihan, tidak kekurangan. Percayalah, kecukupan akan selalu datang tepat pada waktunya.

Kamu boleh minta pendapat guru-gurumu, tapi dengarkanlah pendapat Guru Sejati. Dengarkanlah ucapanNya yang tanpa kata-kata — hanya bisa didengar melalui rasa.

Kamu boleh ke Solo dan Semarang untuk menimbang-nimbang, tapi jangan lupa untuk pulang. Bahkan sebelum, selagi dan setelah ke mana-mana sebaiknya kamu pulang. Pulang ke intimu. Berpasrahlah. Berserahdirilah.

Tidak perlu minta ini-itu karena kita nggak tahu apa yang harus kita minta… karena kita sendiri buta terhadap apa yang terbaik untuk diri kita. Percayalah, ketika kamu sudah benar-benar ikhlas… sudah ridho utuh, penuh, seluruh… kakimu akan melangkah di jalan mana kamu harus melangkah, tanpa kamu harus menggerakkan apa-apa.

Apapun pilihanmu, jalan manapun yang akan kamu tempuh, ketahuilah bahwa sebenarnya semua itu sudah diatur oleh Sang Belahan Jiwa. Dia telah mengatur semua itu dengan detail. Sedetail-detailnya. Tidak ada satu noktah kecilpun yang luput. Jadi sendainya, kelak kamu merasa telah salah melangkah, itu sebenarnya bukan kesalahan. Memang sudah semestinya jalannya seperti itu.

Aku setuju bahwa ini bukan perang. Kamu hanya melengkapi jalan yang mesti kamu tempuh. Memenuhi perjalanan takdirmu. Melengkapi mozaik masa depanmu. Benar kan komentarku kemarin… bahwa kamu sudah bisa melihat… bahwa gunung sebenarnya bukan gunung…

Akhirnya, aku tutup dengan kata-kata dari guru kita, The Warrior of Light:

For the warrior of light
there are no ends, only means.
Life carries him from unknown to unknown.
Each moment is filled with thrilling mystery:
the warrior does not know
where he came from or where he is going

February 5, 2010

Resensi Buku: Memaknai Jejak-Jejak Kehidupan

Rutinitas ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi, aktivitas kehidupan yang sudah rutin itu mudah dijalani, tidak memerlukan pemikiran dan persiapan serius, dan semuanya akan berlangsung normal seperti biasanya. Namun, sesungguhnya kita mesti mewaspadai aktivitas yang sudah berjalan rutin serta mekanis bagaikan mesin karena kebiasaan yang sudah mapan akan membuat hati dan pikiran tumpul, kehilangan daya kreatif dan reflektifnya.

Dalam bahasa psikologi, hati-hati ketika anda sudah merasa aman bersembunyi di balik tembok "comfort zone" yang terbentuk oleh rutinitas karena yang sesungguhnya terjadi adalah anda sudah terjebak dan terbelenggu dalam rutinitas yang membuat energi dan cahaya kehidupan kian redup, yang membuat seseorang tak mampu lagi melihat perspektif kehidupan secara lebih luas, lebih dalam, lebih menyeluruh, dan lebih indah. Mereka yang tak mampu keluar dari tembok rutinitas yang membelenggu sulit untuk bisa bergabung menikmati festival kehidupan bersama semesta.

Buku ini merupakan himpunan catatan dan refleksi Komaruddin Hidayat terhadap fenomena sehari-hari, yang oleh orang lain mungkin dianggap hal yang biasa dan sepele, tapi baginya ternyata memiliki makna yang dalam sehingga akan memperkaya batin.

To my dear loving best-friend, Greta Sitompul, thanks so much for this lovely gift ! It's now become a habit for me, which you have had started long time ago, every time celebrating my special day, you always awarded me with awesome books !!! I love you, girlfriend !!! :)

February 1, 2010

At A Cross-Roads

I feel that I am now at a cross-roads of my career, and try to choose which are the best to me, to my career development, and to the community where I live. Whether I should stay focus on my current work which is assisting on the legal development issues in Indonesia, or should move to a new chapter on the economic governance ? Both are hot issues here in this country, and I would like to contribute as the best I can for this nation.

Well, life is about choices. Including in planning and establish your career. Also about our willingness and capability to leave our "comfort zone" and trying something new. Challenge our selves. Exploring new things in life. We may need to put some more time and energy into making our decision, as I do it now, trying to asses and learn more about my self, my values, my interest, skills, etc, and hoping that whatever I decide latter, with the grace of God who make things happen, it will be well worth in the end.

So, wish me luck, readers, and may God bless me on this path !