February 19, 2010

Surat untuk Sahabat Pejalan

I just visited again my old home blog and re-read of what I posted for almost two years ago here, and would like to re-post it again here, to my current home, as the message from what my inspiring friend's wrote are still touching me and reminds me again of what I feel today, and should keep it on my mind, for a wiser me, a wiser Lia. :D

So may this writing be blessed and touch you all here too !

===================

Untuk Sahabat Pejalan

Alhamdulillah, kamu lagi diberi banyak kesempatan. Alhamdulillah, sedang disuguhkan pilihan-pilihan. Ingatlah rasa itu: berada di depan pintu-pintu terbuka. Ingat-ingatlah rasa itu manakala suatu hari nanti kamu berada di depan pintu-pintu tertutup. Ingatlah bahwa segala sesuatu mengenal musim. Terang-gelap. Pasang-surut. Terbuka-tertutup. Tapi ketika berhadapan dengan pintu tertutup, tetaplah bersyukur, karena setidaknya kamu tidak diberi kebingungan harus memilih yang mana.

Tentang jalan mana yang harus kamu pilih, pilihlah jalan yang membuat hatimu bergetar. Pilihlah jalan yang membuatmu merasa bersemangat dan berpengharapan, rendah hati dan aktif. Kalau membuat kamu malas, enggan… itu bukan jalan untuk ditempuh.

Jangan pernah takut soal rizki. “Belahan jiwa” kita akan mencukupi. Sekali lagi mencukupi. Tidak berlebihan, tidak kekurangan. Percayalah, kecukupan akan selalu datang tepat pada waktunya.

Kamu boleh minta pendapat guru-gurumu, tapi dengarkanlah pendapat Guru Sejati. Dengarkanlah ucapanNya yang tanpa kata-kata — hanya bisa didengar melalui rasa.

Kamu boleh ke Solo dan Semarang untuk menimbang-nimbang, tapi jangan lupa untuk pulang. Bahkan sebelum, selagi dan setelah ke mana-mana sebaiknya kamu pulang. Pulang ke intimu. Berpasrahlah. Berserahdirilah.

Tidak perlu minta ini-itu karena kita nggak tahu apa yang harus kita minta… karena kita sendiri buta terhadap apa yang terbaik untuk diri kita. Percayalah, ketika kamu sudah benar-benar ikhlas… sudah ridho utuh, penuh, seluruh… kakimu akan melangkah di jalan mana kamu harus melangkah, tanpa kamu harus menggerakkan apa-apa.

Apapun pilihanmu, jalan manapun yang akan kamu tempuh, ketahuilah bahwa sebenarnya semua itu sudah diatur oleh Sang Belahan Jiwa. Dia telah mengatur semua itu dengan detail. Sedetail-detailnya. Tidak ada satu noktah kecilpun yang luput. Jadi sendainya, kelak kamu merasa telah salah melangkah, itu sebenarnya bukan kesalahan. Memang sudah semestinya jalannya seperti itu.

Aku setuju bahwa ini bukan perang. Kamu hanya melengkapi jalan yang mesti kamu tempuh. Memenuhi perjalanan takdirmu. Melengkapi mozaik masa depanmu. Benar kan komentarku kemarin… bahwa kamu sudah bisa melihat… bahwa gunung sebenarnya bukan gunung…

Akhirnya, aku tutup dengan kata-kata dari guru kita, The Warrior of Light:

For the warrior of light
there are no ends, only means.
Life carries him from unknown to unknown.
Each moment is filled with thrilling mystery:
the warrior does not know
where he came from or where he is going

No comments: