August 26, 2008

Days Without Our Precious Dad

Hari ini sudah 10 hari papi tidak ada lagi diantara kami. Dan sampai hari ini kami semua masih berkumpul dan tinggal di rumah papi. Rasanya masih berat meninggalkan rumah yang telah kami tinggali bersama bahkan dari sebelum aku lahir. Dan setiap kali memandang bagian-bagian rumah terutama kamar beliau, rasanya sedih sekaligus perih terasa di hati mengingat saat ini tak mungkin lagi kami melihat papi... dan beliau tidak ada lagi bersama-sama kami. Celotehan, tawa, rengekan manja dan tangisan dari ke dua keponakan kami, Christie dan Christo, yang menjadi penghibur kami sekaligus terkadang membuat kami menangis di dalam hati bila mendengar mereka berdua mengungkapkan perasaan kehilangan mereka terhadap"opung doli"nya. 

Terlebih saat mendengar doa si kecil manja Christo di pagi hari. Dengan keluguannya ia berdoa demikian: "Tuhan Yesus, opung kan udah meninggal. Sekarang opung sudah ada di surga. Tuhan Yesus tolong sembuhkan opung yaa....Tuhan Yesus kan dokter....nanti kalau sudah sembuh, tolong kembalikan opung lagi ke bumi yaaa....soalnya dokter di bumi tidak bisa menyembuhkan opung....terimakasih Tuhan Yesus" Kami semua tersenyum, tertawa namun juga sesungguhnya menangis didalam hati kami. Selain itu Christo juga selalu mengatakan berulang-ulang pada kami dengan yakinnya bahwa pada hari ke 40 nanti, opung-nya akan bangkit. Saat ditanya kenapa 40 hari, Christo dengan polosnya bilang karena opungnya sakit dan dirawat selama 40 hari [terakhir kali dirawat di RS Gatot Subroto].

Seperti saat mami pergi meninggalkan kami 5 tahun lalu, juga di bulan Agustus, kembali kami harus belajar menyesuaikan keseharian kami yang telah terbiasa bersama papi, belajar untuk menjalani hidup ini tanpa beliau....yach, sekarang ini, tanpa orangtua....Bukankah setiap hari adalah proses pembelajaran ? Belajar mengatasi kehilangan, belajar mengatasi rasa "sakit, belajar menghadapi kesedihan, dan belajar berbagai pelajaran kehidupan lainnya. 

Sudah 10 hari papi tidak bersama kami, dan masih akan ada hari-hari lain tanpa beliau bersama kami,....entah bagaimana kami menjalaninya, tapi satu hal yang kutahu pasti, DIA sang Yehovah Jireh Yehovah Rappa takkan pernah meninggalkan kami sendirian...

August 21, 2008

God Only Takes The Best

A memory on that night, 

God saw you getting  tired, and a cure was not to be. So He put HIS arms around you and whispered, "Come with Me". Then with tearful eyes we watched you slowly fade away on a next early morning. Although we love you dearly, we would not make you stay. A golden heart stopped beating, your hard working hands put to rest. 

God broke our hearts to prove to us, that He only takes the best. 

Selamat jalan, papi. Our loving father, our hero. You are the best for us ! We are proud to have a father like you ! We love you and miss you even more ! 

More Than Enough

On this day I wish for you God's heavenly gift of peace. More than enough to strengthen your heart so that all your tears may cease.

Memories will flood you on this lonesome day that your daddy was taken home, I pray God gives you more than enough love so that your heart does not feel alone.

I share the pain you carry inside as you face each new tomorrow,
I pray God blesses you with more than enough comfort to take away all your sorrow.

Remember as you walk to that peaceful grave where beautiful flowers are placed with love, I'll be praying God lifts your heart and overflows you with strength from above.

So as this day slowly grows to an end and you're left with only a memory,
Remember, I'll be praying for more than enough.....Your friend I'll always be.

Author: Gretchen
In memory of your wonderful Daddy

Our Loving Father, Forever in Our Hearts !

[our loving father, our hero]




After more than three months hospitalized, God finally called my father to return to HIS home on last Friday morning, August 15th,  at 6.30 am. The funeral was on last Monday, August 18th with military  honor. In that funeral, the army sent some 100 soldiers and officers to hold ceremonies at home and the cemetery. It was really an honor for my dad and especially to all of us to have that kind of respect from the army where he had served for about 30 years. The funeral was held around noon, but the sun did not seem to glare it hottest. Many friends and lot families attended the solemn ceremony to pay the last respect to my dad.  I am very sad to let him go, but I believe that my father is in a better place now in heaven. 

So for my loving father, Poltak Anggara Marpaung, I hope that you will always know whatever I do, wherever I go there is one thing I will never outgrow, and that is my love for you. In my eyes you hung the moon that no child could have ever ask God for a better father than you were to us, Erwin-Ully-Erni and my self. We all loved you then, and we love you still! Our  eyes might not be able to look upon your gentle loving face again, but if we look with our hearts we still see mom and your love. I love you, sweet Papi and miss you even more. I miss you and your voice especially when you were calling me 'sayang'. I am still feeling so sad when mom passed away five years ago, and when you made us orphan on last Friday, and it still feel very hurt inside knowing that you and mom were not here with us anymore. But 'am also feeling happy that you finally re-united again with mom in heaven. 

Now you can rest peacefully, my sweet papi, rest high upon that mountain, and watch over us... untill we all meet again in the house of God in heaven. So for now to my loving Papi and Mami in heaven, you both will never be far from us, for we will always carry your love in our hearts.

We love you, Papi and Mommy ! 

August 12, 2008

Islam-Kristen bisa akur bila ‘imani’ sejarah

Berikut adalah tulisan seorang rekan asal Medan. Sebagaimana kebanyakan orang Batak yang terkenal "berani dan tegas", saya pun menganggumi tulisan bang Jarar disini. Dan di rumahku disini, ku coba "pajang" tulisan si abang. Mudah-mudahan pembacaku dapat menangkap "kerinduan" sekaligus "harapan" si penulis. Yang sungguh menginginkan adanya persatuan dan persaudaraan, khususnya dari mereka yang mengaku beragama Islam, Kristen, dan juga Yahudi.

Selamat membaca ! :)

Islam-Kristen bisa akur bila ‘imani’ sejarah

Oleh Kitri Dewi — Agama Islam, Kristen, dan Yahudi berasal dari “satu kubu: kubu Abraham”, tapi justru umatnya sering bertengkar.

Dua minggu lalu Blog Berita mendapat surat dari seorang pembaca — tidak kutulis namanya karena aku belum meminta izin padanya. Dia tinggal di Jerman bersama isterinya dalam rangka kuliah master. Dia Batak muslim seperti aku. Dia menulis: “Banyak sekali situs dan blog yang menceritakan tentang budaya Batak, namun kurasa tidak semua baik atau benar. Banyak tulisan yang sifatnya bukan menjalin tali persaudaraan tapi justru sebaliknya, bahkan banyak juga saya jumpai blog orang Batak yang sifatnya provokatif terhadap agama tertentu.”

Dia sepaham dengan aku bahwa orang Batak harus bersatu bukan semata-mata karena memeluk agama yang sama, tapi karena kebatakan. Kubalas suratnya: “Kau Batak, aku Batak, dia Batak, mereka Batak; maka kita harus bersatu supaya lebih kuat. Lebih jauh lagi: Kau orang Indonesia, aku manusia, dia keturunan Adam, mereka pun ciptaan Tuhan; maka semua orang tidak boleh saling menyakiti, dan harus saling mencintai.”

Prinsipku itu tidak berbeda dengan apa yang ditulis pembaca Blog Berita lainnya, Kitri Dewi, saat mengomentari artikel Mustahil orang Kristen bisa menjawab. Dewi menulis opininya dari perspektif sejarah agama. Sangat bagus, aku suka membacanya. Berikut ini adalah pendapat Kitri Dewi selengkapnya, kukutip secara utuh tanpa diedit, sementara judul di atas adalah bikinan Blog Berita.

Saudara-saudaraku,

Sebenarnya, baik pemeluk agama Islam maupun Kristen pada dasarnya ada 3 kelompok manusia berdasarkan pengalaman, pengertian, dan kedewasaan iman masing-masing sebagai individu maupun jemaat.

Kelompok 1 adalah mereka yang hanya beragama Islam atau Kristen tetapi hanya sebatas KTP nya saja karena di Indonesia orang HARUS punya agama. Titik. Kelompok ini tidak suka membicarakan agama, agama orang lain maupun agamanya sendiri. Begitu ada orang beragama lain yang datang dengan baik dan penuh kasih, sehingga menggerakkan hatinya, akan sangat mudah bagi kelompok ini untuk pindah agama. Bisa karena memang hati yang tergerak (dan kalau ini saya percaya ada camour tangan Tuhan sendiri) ada pula yang hanya melihat karena lebih menguntungkan.

Kelompok 2 adalah mereka yang mengaku setia kepada agama sebagai ideologi yang harus dibela, disakralkan (agamanya yang disakralkan dan dimuliakan), mengaplikasikan agama secara logika, sebatas ritual, dan emosional, tetapi sebenarnya tidak mengenal Allah dan kebenaranNya, sifat dan karakterNya, kehendakNya, melalui apa yang difirmankanNya di dalam kitab suci masing-masing.

Kelompok ke 3 adalah mereka hatinya benar-benar melekat kepada Allah, yang mencari Allah dengan segala kebenaranNya, kemuliaanNya, sifat-sifatNya, karakterNya, kehendakNya, melalui semua yang difirmankanNya di dalam kitab suci masing-masing. Kelompok ini lebih asyik mendengarkan apa kata Tuhan daripada apa kata manusia melalui pengalaman rohaninya menikmati kebaikan dan kemuliaan Tuhan di dalam perjalanan hidupnya.

Sama dengan ketika pemeluk agama Islam dilecehkan oleh kartunis Denmark, melalui film Fitna, dan masih banyak lagi peristiwa-peristiwa pelecehan agama Islam, reaksi pemeluk agama Islam inipun juga berbeda-beda. Orang Islam kelompok 1 reaksinya cuek, kelompok 2 demo besar besaran bahkan ada yang menghalalkan darah orang yang sudah melecehkan, tetapi kelompok 3 tetap asyik menjalankan ibadahnya kepada Tuhan karena percaya kemuliaan Allah tidak akan sedikitpun berkurang hanya karena ulah manusia, dan tetap menjaga hati masing-masing agar tetap bersih dan berkenan bagiNya.

Demikian pula ketika kekristenan dilecehkan atau diserang, 3 kelompok yang mengaku Kristen ini mengambil sikap berbeda-beda sesuai level kedewasaan iman mereka.

Saya mengatakan “kelompok” ini bukan dalam pengertian sebagai organisasi gereja tertentu, tetapi lebih pada pengalaman dan kedewasaan iman dan pengertian masing-masing orang Kristen sebagai individu, yang saya lihat memang ada 3 kelompok besar, terlepas dari gereja atau organisasi kekristenan manapun.

Orang Kristen kelompok 1 yang hanya sebatas Kristen KTP, akan cuek karena tidak tahu menahu, wis embuh, terserah orang mau ngomong apa, EGP, ATAU kemudian pindah agama lain ketika ada orang lain yang menawarkan agama lain yang dia lihat lebih menguntungkan.

Kelompok orang Kristen no 2, karena melihat kekristenan sebagai agama dan ideologi yang harus dibela tetapi sebenarnya tidak pernah mencoba mengerti apa yang benar dihadapan Allah, akan bereaksi keras, seolah-olah sudah didzolimi. Mereka akan ganti menjelek-jelekkan agama orang yang melecehkan, bersikap sama menjadi arogan dan seolah-olah dia dan agamanya yang paling benar dari konteks manusia.

Kelompok orang Kristen yang ke 3 memandang kekristenan bukan sebagai agama, tetapi lebih pada relationship with the Living God. Kelompok Kristen yang seperti ini (again, terlepas dari organisasi dan gereja kristen yang manapun) lebih tertarik mencari hadirat Allah, mendengarkan Tuhan mengatakan apa daripada apa yang dikatakan manusia dan dunia, sehingga pada saat hatinya tergoda untuk berontak tidak terima dengan pelecehan itu, mereka merefer kembali kepada bagaimana dan apa sikap Yesus pada saat dihina, dilecehkan, dipermalukan, disiksa, dan dibunuh oleh orang-orang Yahudi dan Romawi.

Kelompok ini bukannya tidak merasa gusar dengan semua penyerangan dan pelecehan, bukannya takut membalas karena minoritas, tetapi mereka percaya bahwa Yesus sudah mengalami yang lebih dasyat, lebih sakit, lebih memalukan, tetapi Yesus setia sampai mati dan bangkit lagi, demi melepaskan mereka [yang percaya] dari cengkeraman kuasa dosa dan maut. Itu sebabnya secara rohani, walaupun mereka gusar dan sebenarnya bisa berbuat sesuatu, mereka bertahan untuk taat kepada kemimpinan Yesus, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi mengampuni orang-orang yang melecehkan karena orang-orang ini tidak mengerti, dan menjaga agar hati tetap bersih dari segala kepahitan. Kelompok orang Kristen yang ini, justru berkeyakinan bahwa bila mereka membalas dengan ganti melecehkan apalagi sampai menumpahkan darah, itu akan menyedihkan Tuhan, itu adalah pemberontakan terhadap perintah Allah Yang Maha Tinggi, bahwa hanya Allah saja yang berhak untuk membalas.

Ini pula sebabnya, di kalangan orang Kristen tidak ada ajaran untuk menganggap orang Yahudi sebagai musuh, walaupun secara perhitungan manusia, harusnya orang Kristen lah yang lebih benci kepada orang Yahudi karena orang Yahudi lah (selain orang Romawi) saat itu yang merendahkan, mempermalukan, menghina, melecehkan, dan membunuh Yesus dengan cara seperti orang terkutuk.

Selain karena ketaatan kepada keteladanan Yesus, orang Kristen kelompok ini memahami dan percaya bahwa secara rohani melalui Abraham (Ibrahim) sebagai bapa rohani mereka, orang Yahudi dan orang Islam adalah saudara. Orang Kristen yang membaca Alkitab akan tahu sejarah dan akan menghormati sesama pemeluk agama Allah sejak mulai Abraham. Kekristenan lahir justru setelah kematian Yesus, demikian pula Islam ada setelah ada Nabi Muhammad.

Pada awalnya hanya ada 2 kelompok bangsa yaitu bangsa yang menyembah dan mengorbankan persembahan darah kepada banyak dewa (kafir), dan bangsa yang menyembah satu Tuhan, Yang Maha Kuasa Allah Abraham, Allah Ismael, Allah Iskak, Allah Yakub (Israel). Catatan: Israel tidak identik dengan Yahudi. Disebutkan di Alkitab maupun Al Quran, bahwa yang disebut sebagai Israel adalah Yakub (jadi berbeda dengan Negara Israel jaman sekarang ini), yang disebut bangsa Israel di Alkitab maupun AL Quran adalah Yakub, anak Iskak, cucu Ibrahim, dan bangsa keturunannya. Yakub (Israel) sendiri punya 12 keturunan dan dari 12 keturunan inilah ke 12 bani Israel ada, salah satunya Yehuda (Yahudi).

Ismael anak Abraham dari Ibu Hagar (Hajar) dan Iskak anak Abraham dari Ibu Sara. Iskak menurunkan Yakub (Israel) Yakub menurunkan Yusuf (selain 11 saudara lainnya, salah satunya Yehuda yang menurunkan bangsa Yahudi). Dari keturunan Yusuf ini setelah kesekian puluh lahir Daud AS, yang menurunkan Salomo (Sulaiman AS) dan pada keturunan ke 14 setelah Daud lahirlah Yesus melalui perawan Maria (Maryam).

Israel artinya “Pangerannya Elohim/Allah” (maksudnya yang disayang oleh Allah), Ismael artinya Yang didengarkan oleh Allah. Seperti keturunan Abraham yang lain, Ismael juga diberkati sebagai bapa dari bangsa yang besar, dan setelah sekian puluh keturunan, dari Ismael ini lahir Muhammad yang mengajarkan Islam.

Jadi menurut hemat saya, orang Kristen yang menjadi gusar termasuk yang menjadi pahit dan mengeluarkan kata-kata hujatan di forum ini, sebenarnya sudah mengingkari identitas kekristenannya.

Secara keimanan memang ada beberapa hal fundamental yang berbeda, tetapi orang Kristen dan Islam, (termasuk pemeluk agama Yahudi) bila berhadapan satu sama lain hendaknya mengingat sejarah bukan hanya sejak jaman Musa, Yesus atau jaman Muhammad, tetapi ditarik lagi jauh ke belakang pada jaman Ibrahim, dan ditarik lagi jauuuh ke depan bahwa kita sama-sama menantikan kedatangan Yesus (Isa al Masih) yang ke dua kalinya untuk memerintah dengan kasih dan damai sejahtera. Orang Islam maupun Kristen sama-sama mengimani bahwa kelak Setan (Dajjal) akan dikalahkan oleh Isa (Yesus).

Pada saat itulah semua kebenaran yang sejati akan terbuka dan menjembatani semua perbedaan selama ini, kita akan dikembalikan lagi seperti jaman Ibrahim, dipersatukan lagi sebagai satu jemaat umat Allah Yang Maha Kuasa. Dengan begitu kita akan melihat satu sama lain sebagai saudara, bukan saingan, bukan musuh, bukan untuk dijelekkan, bukan untuk direndahkan satu dari yang lainnya, tetapi untuk dikenal dan dipahami satu sama lain tanpa menghakimi. Allah sendiri yang akan menghakimi.

Demikian saudara-saudaraku. Terima kasih.

August 10, 2008

Closer than you [and I] think...

[This is for those who can't accept me because 'am a christian and "illegible" due to my weaknesses and self-limitation, to be your daughter in law, sister, or friend...]

You and I are actually no difference. We are all human, drawn from the same melting pot. We are all related. So why do you "judged" me ? Why do I have to judge you, and other ? 

We may have different culture, different communities, different status, different religion and belief, and of course different gender. But the difference between us is so very little when you wipe away the veneer that we all wear. 

We may wear different clothes, speak different languages, have different custom and understanding about life, but we all fall in love [at least once in your life, right ? In my case, many times....hehehe], we all want someone to hold and hug, to have a family, to be happy and successful, not to be afraid of the dark, to live a longer time, die in a good health [pleaseee God....], to be attractive and not to get fat [that's why I keep going to gym ! :)], old or sick [ohhh no....please don't...wanne be forever young..glekkk]. So, what does it matter if we wear a suit, a sari, koteka, or a grass skirt if deep down we all cry when we are hurt, laugh when we are joyful and our stomachs rumble when we are hungry? 

The veneer can be wiped away in a second, and then we all are the same, all quite lovely and quite, quite human. Yes, we are all closer than you or I think.... ! 

August 6, 2008

Trying to Meet Mola-mola :)




What a beautiful Ocean Sunfish or as it used to called, Mola-mola . This August is its season in Nusa Penida, Bali. Many divers used to go there to see these beautiful creatures. So if my hubby agrees, then this coming mid of August, I will go to Lembongan, a sister island of Nusa Penida in Bali, for diving with couple of friends, and look forward to meet with these gorgeous Mola-mola :)

The unique about Molaa, he has a rounded tail, gritty sandpapery skin covered with copious amount of mucus. Typically silvery in color with a slight opalescent sheen, and he can exhibit strikingly changeable spotty patterns. Mola presently hold the record for the world's heaviest bony fish - a 3.1 meter [or about 10 feets] long specimen weighed in at 2,235 kgs ! 
 
So can't wait to see a sexy-Mola in person ! :) 

Sehat itu sulit di Indonesia !


Sebagaimana dikutip dari Gatra edisi 33 tahun 2008, Prof. Djoko Rahardjo, ahli urologi pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan bahwa Singapura sebenarnya tidak lebih maju dari Indonesia dalam bidang medik. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa Singapura sesungguhnya tidak memiliki produk kesehatan yang patut dibanggakan. Dan menekankah bahwa kelebihan Singapura hanyalah pada sisi service semata. 

Namun demikian dari yang kami rasakan sewaktu berobat di negeri Singa tersebut, justru mereka sangat mengutamakan pelayanan secara maksimal kepada pasien. Dan justru kita lebih mudah mengakses berbagai produk kesehatan di negeri tersebut, bahkan dengan harga yang relatif lebih murah dan tehnologi yang sudah dapat dipastikan lebih terkini. Selain dari itu bukankah memang pelayanan / service kesehatan yang baiklah yang memang sesungguhnya diharapkan oleh pasien dan keluarganya ? Bahkan seringkali demi mendapatkan kepuasan pelayanan yang bermutu, banyak orang Indonesia yang kemudian "lari" berobat ke negeri tetangga ini. Sekedar berbagi pengalaman, saya sangat terkesan  dengan bagaimana cara tim dokter dari Camden Medical Hospital, yang merupakan salah satu rumah sakit swasta yang berada di Singapura, dalam memberikan pelayanan kepada suami saya di pertengahan bulan Juli lalu. Dokter bedah yang menangani operasi suami saya secara khusus meluangkan waktu menemani suami saya saat dia terbangun dan mengalami sedikit shock pasca operasi. Dr Gerald Chua tidak segan-segan meluangkan waktunya dengan secara langsung mencoba menenangkan suami saya. Bahkan mengajaknya bercakap-cakap tentang hal yang disenangi sehingga dapat membuat suami saya lebih rileks. Begitu juga saat kami berkonsultasi seputar penyakit yang diderita suami saya. Beliau tetap sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan kami yang cukup panjang. Saat berobat di rumah sakit ini pun, kami tidak perlu menghabiskan waktu berhari-hari untuk berkonsultasi. Pemeriksaan medis secara lengkap dilakukan di hari pertama. Penjelasan panjang-lebar mengenai tindakan dan resiko diberitahukan setelahnya. Dan pada hari kedua kami sudah tahu apa yang harus kami lakukan. Sungguh sangat efisien dan tentunya juga sangat membantu dalam menekan biaya. 

Tidak seperti kebanyakan rumah sakit di Indonesia [paling tidak pengalaman kami saat berobat di Jakarta Eye Center, seringkali kami harus bolak-balik berkunjung namun tetap tidak mendapat kejelasan dari apa yang diderita dan bagaimana cara penanggulangannya yang tepat. Hal ini tentu saja mengakibatkan semakin bengkaknya biaya yang memang tidak murah. Lazim diketahui bahwa biaya berobat di Indonesia sangat mahal. Dan itupun seringkali masih harus mengalami apa yang disebut "mal-praktek". Belum lagi kebanyakan dokter di Indonesia, sekalipun mungkin benar memiliki jam terbang yang "tinggi" di negeri dengan populasi penduduk melimpah ini, namun "minim" dalam kesungguhan memberikan pelayanan dan perhatian terhadap pasien. Justru "jam terbang" yang tinggi menjadi kelemahan para dokter di Indonesia, dimana mereka seperti selalu terburu-buru dalam melayani pasien. Ini mungkin karena mereka harus mengejar "setoran" di rumah sakit lain. Hal yang sangat biasa bagi dokter di Indonesia untuk berpraktek di banyak tempat. Kalau sudah begini, tentu saja yang rugi adalah customer atau pasiennya. Kita seperti diburu-buru untuk berkonsultasi dengan para dokter, dan seringkali justru kita yang sudah membayar jasa mereka, menjadi tidak enak hati bila harus menyita waktu mereka dengan pertanyaan kita yang awam ini. 

Maka tidak heran bila demi kepuasan dalam mendapatkan pelayanan yang lebih layak, banyak orang Indonesia [baik yang memang kaya ataupun yang "terpaksa" harus mencari alternatif pengobatan yang lebih baik] kemudian memilih untuk berobat di Singapura. General Manager National HealthCare Group, Kamaljeet Singh Gill mengatakan bahwa pasien asing terbanyak berasal dari Indonesia. Di jaringan RS National HealthCare Group, yang merupakan salah satu jaringan rumah sakit pemerintah, pasien Indonesia tercatat 11,000 orang dari 373,000 pasien asing pada tahun 2005. Negara lain yang juga tercatat mengirim pasien ke rumah-rumah sakit Singapura adalah Pakistan, Bangladesh, India, Filipina dan bahkan juga ada yang datang dari belahan Eropa. 

Sekedar usulan saya agar para [calon] dokter di Indonesia, selain mempelajari ilmu medik dan pelayanan publik, juga sebaiknya mempelajari ilmu komunikasi. Karena paling tidak dengan kecakapan komunikasi yang baik akan mampu menunjang tugasnya selaku seorang dokter untuk dapat berhubungan dengan baik dan manusiawi dengan pasiennya. Kalau memang merasa tidak punya "bedside manner" untuk berhubungan dengan pasien, mungkin sebaiknya menjadi dokter forensik,  radiologi atau anastesi barangkali ??? :) 

Selain dari itu untuk pihak pemerintah Indonesia, melihat begitu banyaknya orang Indonesia yang mencari pengobatan ke negara tetangga, bayangkan saja berapa devisa yang mereka keluarkan yang secara ekonomi tentunya merugikan current-account Indonesia, maka sebaiknya mulai memikirkan untuk melakukan pembenahan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas sekaligus terjangkau bagi masyarakat. Sampai saat ini pemerintah juga masih mengenakan pajak bea import atas alat-alat kedokteran dan obat tetap, sehingga hal ini membuat semakin mahalnya biaya kesehatan di Indonesia, selain itu juga masih ada praktek-praktek pungli dimana alat-alat kesehatan tersebut terpaksa harus dibeli dari pihak ketiga, sehingga menambah lebih mahal lagi cost yang harus dikeluarkan. 

Nach, ruwet kan dinamika perjalanan harga kesehatan di Indonesia ??? Untuk sehat, memang tidak murah !!! Apalagi di Indonesia !!! Ohhh....negeriku !!! 

August 3, 2008

New Vision, New Horizon

[My hubby and the diving Doctor, Dr. Gerald Chuah at Camden Medical Center

Now every time, every hour I have to remind my self to rush to hubby and make sure that he got his eye drop properly. It is only the Tears Naturale now, but before there were two, three drops. This will continue for a while until his eyes surgery heal completely. 

Since birth, my hubby suffered from Retinitis Pigmentosa, a rare eye disease that degenerate the retina cells. In my hubby's case, it is the night vision cells, he can only see lighted objects, and his peripheral vision is very limited. This disease also cause early cataracts developed. For my hubby, the disease also effect his other siblings. Three of four brothers as per I know, also suffered the same thing. 

We have visited several top ophthalmologists in Jakarta, but my self and hubby never felt comfortable and confident with their suggestion on the prognosis and proposed medical treatment offered. So we decided to check other possibilities. We were also encouraged by friend to seek advice and treatment in Singapore. That's where we headed. 

So on the last part of July, we went to see a very experience ophthalmologist in Singapore, Dr. Gerald Chuah at the Camden Medical Center. Only then we found comfort and confident for future treatment, especially on treating the cataracts. [Dr Chuah is so good, we are so grateful to found him and btw, he is a diver too...hehehe....] Now the surgery is done and only requiring recovering process that we can do ourselves. Thanks God ! 

Now my hubby can see the world in its full color, albeit with some adjustment mostly to care for his eyes against light. Since his low vision must be maintain against UV, but otherwise he is a lot better in facing the world. 

Our grateful for all of God's works in holding our hands and showing His ways so that all are a lot better. I love you so much, my love JESUS. Your love and compassion fulfill our life. Our special appreciation to families and friends [old and new] for their encouragement and support given to us. Specially to mbak Lies Marcoes-Natsier for introducing us to the referral doctor in Singapore and to, mbak Bianti S. Djiwandono for her encouragement, hospitality and friendship while we were in Singapore, Gordon West for understanding and continuous support, Garry Goh for sticking with us everywhere we go in Singapore, mbak Ida Sudoyo and Dewi Beck for the friendship and making sure we can still enjoy our "chicken rice" [hehehe] and my big fat Marpaung's family for being with us during the trying-times and the joyous moment. 

Another thanks to God, for sending those lovely families and friends to our life.