December 31, 2008

Good Bye and Thank You, 2008 !

[Lia shouts on you : "Happy New Year to you, my dear friends !"]
 
Menjelang akhir 2008. Tidak terasa satu tahun berlalu dengan begitu cepat. Ada banyak cerita di tahun ini. Ada banyak sukacita yang kuterima. Namun juga ada banyak cobaan dan dukacita yang harus kuhadapi. Ada tawa dan senyum bahagia menghias wajah. Namun juga ada airmata dan sedu sedan yang juga terhias diwajahku.  Ada banyak limpahan berkat dan kebaikan Tuhan yang kuterima. Namun juga ada yang harus kulepaskan dan relakan pergi. 

Pada akhirnya segala peristiwa dan kejadian yang kujalani di tahun 2008, segera kan menjadi sekedar cerita dan kenangan dalam beberapa jam mendatang. Tahun ini aku belajar banyak hal. Mulai dari bagaimana menghadapi "kehilangan" hingga bagaimana menjalani hidup dengan lebih tegar dan berserah. 

Entah apa yang kan terjadi nanti di 2009. Ada banyak analisa dan ramalan akan berbagai kejadian di tahun yang kan segera kita jelang. Mulai dari dampak krisis global, dampak perang di jalur gaza yang genderangnya baru saja ditabuhkan kembali, hingga kekhawatiran akan apa yang terjadi di Indonesia. Akankah penggangguran semakin meningkat seiring dengan rencana kepulangan ribuan tenaga kerja Indonesia [TKI] dari luar negeri [terutama Malaysia dan Singapura] yang terputus kontrak kerjanya sebagai akibat krisis global dan PHK yang terjadi didalam negeri ? Apakah kemiskinan akan semakin akrab dengan negeri ini ? Akankah Pemilu 2009 menjadi pemilu berbiaya tinggi yang berhasil memenangkan para pemimpin bangsa yang mampu memimpin negeri ini untuk menuju tanah "kesejahteraan", ataukah justru akan membawa negeri ini semakin terpuruk ? Masihkah perpecahan terjadi diantara anak bangsa demi membela kepentingannya dan kelompok [termasuk pemaksaan ideologi atas nama agama, yang kusebut sebagai vandalisme agama ?] 

Whatever happen tomorrow, another year, another chance will soon come. To start our lives a new. So this time, let's we leap our old barriers to have a real breakthrough. Let's together we take one little step, then take another one more, and more...till our unlimited potential and we will totally explore the new 2009. Let's show off all our talents, let's be inspired for other ! Together ! Yess, let's together we give up all of our bad habits, let's we read and learn more alot on 2009. Then may our goals be accomplished....with God in our side ! 

Oh Well, Happy New Year anyway !

December 23, 2008

Siapa Berani Nikah Beda Agama ?

Setelah buku "Fiqh Lintas Agama" terbitan Paramadina yang fenomenal, disusul buku "Pernikahan Beda Agama; Kesaksian, Argumen Keagamaan, dan Analisis Kebijakan" terbitan Komnas HAM, kembali terbit buku berjudul "Kado Cinta Bagi Pasangan Nikah Beda Agama" yang ditulis oleh Achmad Nurcholish dan Mohammad Monib.

Berikut adalah ulasan resensi buku setebal 308 halaman tersebut. Salut buat Gramedia yang berani menerbitkannya, ditengah gelombang "cercaan" bagi yang tidak menyukai topik ini diangkat dalam ruang publik.

-------------------------------
Meski Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah memfatwakan haram nikah beda agama (NBA), dalam realitanya kebutuhan muda-mudi untuk menyatu dalam biduk rumah tangga tetap tidak terbendung. FENOMENA menikah beda agama menyerupai gunung es. Masyarakat hanya tahu segelintir pasangan. Itu pun kalau pelakunya artis atau public figure. Fenomena seperti itu pernah ditangkap secara intelektual oleh Yayasan Wakaf Paramadina.

Sebelum buku Kado Cinta Bagi Pasangan Beda Agama lahir, Paramadina pernah membentuk tim beranggotakan Nurcholish Madjid, Kautsar Azhari Azhari Noer, Komaruddin Hidayat, Masdar F Mas'udi, Zainun Kamal, Zuhairi Misrawi, Budhy Munawar-Rachman, Ahmad Gaus AF, dan Mun'im A Sirry. Hasilnya, buku Fiqh Lintas Agama yang menghebohkan umat Islam. Dalam buku itu intinya, pernikahan yang ditentang oleh mayoritas umat, secara teologis diperbolehkan. Akad-nikah NBA boleh dan sah secara Islam.

Nah, buku gres tentang pernikahan beda agama ini lebih heboh lagi. Penulisnya ialah Mohammad Monib, alumnus Pesantren Gontor Ponorogo dan Ahmad Nurcholish. Nurcholish pelaku nikah beda agama yang juga mantan aktivis Youth Islamic Study Club (YISC) Al-Azhar Jakarta.

Buku setebal 300 halaman ini diberi pengantar oleh Siti Musdah Mulia, aktivis perempuan yang baru saja memeroleh penghargaan Yap Thiam Hien Award 2008 dan Yudi Latif. Dalam pengantarnya, Musdah menilai buku tersebut sebagai karya kemanusiaan luar biasa. Adapun Yudi mengapresiasi penulisnya yang berani berkontroversi di wilayah paling sensitif bagi umat Islam.

Monib dan Nurcholish sepertinya memang terinspirasi oleh buku Fiqh Lintas Agama (FLA). Dalam penilaian keduanya, FLA merupakan puncak kreativitas dan ijtihad intelektual abad ke-20. Bahkan penulisnya diapresiasi sebagai mujtahid mutlak abad globalisasi. Alasannya, mereka benar-benar mendedikasikan diri sebagai cendekiawan muslim yang berani, mandiri, dan memiliki integritas keilmuan. Mereka dinilai sukses mencarikan 'syariat' yang benar, baik dan bermaslahat bagi pasangan-pasangan beda agama (hlm 12).

Apa yang menarik dari buku ini? Kedua penulisnya alumni pesantren dan konsultan nikah beda agama. Berbagai argumentasi, teologis, psikologis, kaidah ushul al-fiqh dan fiqhiyah disinggung jelas. Umumnya masyarakat paham, Alquran hanya membolehkan akad-nikah laki-laki muslim dengan perempuan ahl al-kitab (Yahudi dan Kristen). Bagaimana kalau perempuannya yang muslim? Monib dan Nurcholish dengan merujuk pada surah Al-Rum (30:21) membolehkan akad-nikah seorang muslimah tidak saja dengan laki-laki ahl al-kitab, tetapi dengan pasangan beragama Buddha, Hindu, dan Konghucu. Akadnya pun menarik, dengan dua cara, Islam dan pemberkatan. Argumentasinya, syahadat bukan rukun nikah. Bagi keduanya, surah Al-Rum (30:21) menandaskan bahwa menikah merupakan takdir dan fitrah suci laki-laki dan perempuan.

Aspek psikologisnya, karena kasih-sayang dan cinta yang mengikat mereka merupakan makhluk Tuhan yang tidak bisa disalahkan. Menyalahkan cinta sama saja kita menyalahkan penciptanya. Akad-nikah Rasul Muhammad pun tanpa syahadatain (ikrar suci masuk Islam). Sebab, beliau menikah dalam usia 25 tahun dan menjadi Rasul umur 40 tahun. Tegasnya, syahadat belum muncul. Begitu pun sahabat-sahabat Rasulullah. Kajian keduanya sampai pada kesimpulan, Rasul dan sahabat tidak pernah melakukan pembaruan nikah (tajdid al-nikah).

Secara keseluruhan, argumentasi teologis yang melandasi keduanya menikahkan seorang muslimah dengan laki-laki non-muslim ditegakkan atas maqashid al-syar'iyah, sandaran ushul al-fiqh dan kaidah fiqhiyah yang diulas secara detail dalam buku (hlm 43-45).

Buku ini benar-benar menerjang cara pandang mainstream umat Islam. Keduanya mempertanyakan, adakah solusi yang baik dan benar selain pernikahan bagi pasangan nikah beda agama? Adakah cara lain yang lebih terhormat dan benar dalam menyalurkan fitrah, kebutuhan biologis dan memperoleh generasi di luar akad-nikah atau perkawinan?

Untuk diketahui, Mohamad Monib adalah mantan Direktur Pusat Studi Islam (PSI) Paramadina. Dalam buku ini ia menguak langkah mundur dan melencengnya Paramadina dari visi awal. Dengan merujuk ke wawasan dasar yayasan, ia berpendapat, yayasan itu semula merupakan minor creative, kelompok kecil yang produktif dalam berwacana. Termasuk untuk isu-isu keislaman yang paling kontroversi pun.

Tapi sekarang, Paramadina dianggap berganti haluan, stagnan, tidak lagi kreatif dan jarang terdengar 'suara' dalam wacana keislaman dan kemanusiaan. Monib prihatin sekali dan mengatakan, "Inilah prahara dan kiamat intelektual dalam sejarah Paramadina" (hlm 14).

Yayasan yang didirikan oleh Nurcholish Madjid ini memiliki moto, 'mengembangkan dan mentradisikan kebebasan-kebebasan intelektual dan berpendapat'. Karena itu, seharusnya, yayasan ini berupaya membebaskan umat dari 'pakem' dan 'kerangkeng' yang dikira mutlak, sakral, dan syariat harga mati. Menurut Monib, yang tidak bisa ditawar dalam Islam hanya dua doktrin: Tuhan Esa (ahad) dan Ia pasti ada. Selain itu, bisa diperdebatkan.

Akhirnya, seperti Siti Musdah dan Yudi Latif, secara teologis dan psikologis muatan buku ini memang kontroversial. Namun, siapa pun pembacanya akan lebih bijak dan arif memahami masalah NBA.

December 22, 2008

Happy Mother's Day

[happy mother's day, beloved mom in heaven!]

Mom is the first word that a child says when he/she learns to speak. She remains the center of attention and respect for a child for a long time to come, and it is her love and peace in her lap that clings forever to the memory of a child. Even when she is no more, like my own mother, but her image in our hearts manages us to smile even in the lowest period of our lives and urge us to go on.

As Pope Paul VI said, "Every mother is like Moses. She does not enter the promised land. She prepares a world she will not see".

For all mother in the world, I admired you. For you have the strength and calm of the mountains. For your love is as deep as the ocean. Today is your day. For a beautiful woman and mother called you, ... Mother. Happy Mother's day !

December 10, 2008

Selamat Hari HAM Ke-60 !


Hari ini dunia memperingati Hari HAM Internasional yang ke-60. Tepatnya enam puluh tahun silam, 10 Desember 1948, Majelis Umum PBB mendeklarasikan Pernyataan Umum yang kemudian dikenal dengan sebutan Deklarasi Hak Asasi Manusia [DUHAM]. Melalui deklarasi masyarakat dunia sepakat untuk menghormati HAM berdasarkan prinsip non-diskriminasi, kesetaraan, dan pluralisme. Deklarasi ini mewajibkan semua orang, terutama negara yang menandatangani deklarasi tersebut, untuk memajukan penghormatan dan menjamin pelaksanaan HAM yang bersifat universal.

Bagaimana dengan Indonesia ?

Semoga tidak berlebihan jika ingin kusampaikan disini : masih tanda tanya ! Berbagai penanganan kasus pelanggaran HAM mengalami "impotensi" jika tidak ingin dibilang "bagai hilang ditiup angin....". Penghargaan terhadap HAM di negeri ini masih sangat menyedihkan, bahkan cenderung menyepelekan arti HAM itu sendiri. Arti HAM dimaknai lebih untuk diri sendiri ketimbang berlaku universal, juga bagi manusia lain. Lihat saja contoh bagaimana saudara-saudara kita dari FPI melakukan serangkaian tindakan yang merendahkan martabat dan hak asasi manusia [lain yang non FPI] demi ideologi mereka !

Kasus pengusutan kematian pejuang HAM Munir yang bahkan hingga kini masih belum jelas terungkap, dan bagiku, pemerintah tampak seperti "khawatir" untuk lebih jauh mengungkapkan misteri kematian Munir. Belum kasus yang belum selesai lainnya, seperti tragedi Trisakti, Kasus Semanggi I dan II, kerusuhan Mei 1998, Kasus Tanjung Priuk, Kasus Talangsari, Peristiwa 1965-1966, Peristiwa 27 Juli 1996, dan banyak lagi yang bahkan mungkin "belum" diketahui umum secara jelas.

Menjelang akhir masa pemerintahan SBY, semoga penegakan HAM dapat menjadi prioritas kerja beliau. Tidak cuma tunjuk kebolehan menangani kasus korupsi saja ! Dan terutama, tidak hanya menjadikan issue ini sekedar alat komoditas politik guna membangun citra positif menjelang Pemilu 2009 ! Perangkat hukum melalui UU No. 26/2000 tentang Pengadilan HAM yang mengatur pembentukan peradilan HAM untuk memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM berat, telah tersedia namun entah mengapa lebih sering "teranggurkan" atau lagi-lagi, mengalami gejala impotensi ???

Lebih jauh lagi mengenai makna HAM itu sendiri. Masih ada kasus-kasus lain seperti kelaparan, gizi buruk, kemiskinan, menjadi TKI di negeri orang tanpa perlindungan yang jelas, pendidikan yang mahal, serta fasilitas kesehatan dan perumahan layak yang tak terjangkau, juga adalah contoh persoalan kemanusiaan yang serius, yang layaknya menjadi perhatian karena rawan pelanggaran terhadap HAM itu sendiri.

Masihkah negara dan kita berusaha mengabaikan dan mengacuhkan persoalan mendasar seperti itu ? Karena, khususnya pengabaian hak rakyat oleh negara, juga adalah pelanggaran dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Selamat Hari HAM !

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa


Lagi, ada temu reuni alumni SD/SMP Oel. Jumad, 5 Desember lalu. Bertempat di mantan sekolah tercinta, SDK Ora et Labora di daerah Panglima Polim, Kebayoran Baru. Namun kali ini menjadi lebih bermakna karena inilah pertemuan pertama kami setelah lulus sekolah, bersama dengan para mantan bapak dan ibu guru dari jaman SD hingga SMP. 

Terharu sekali saat beberapa orang mantan guru langsung mengenaliku saat memasuki ruangan kelas di sekolah yang telah berpuluh-tahun lamanya tak pernah kukunjungi. Ibu Sri [guru PMP], Ibu Yenny [Wali Kelasku], dan Ibu Wira [guru Matematika] langsung mengenali dan memanggilku. Dan akupun langsung memeluk mereka. Duuh, rasanya seperti ditarik kembali ke masa lalu saat masih mengenakan seragam batik biru-putih khas seragam sekolahku. Begitu pula saat bertemu guru-guru lain: Pak Edy [guru Sejarah dan Kepala Sekolah], dan Pak Yono [guru Olahraga yang sekaligus guru favouriteku hehehe]. Ibu Melly. Ibu Netty [guru Agama Kristen yang membuatku jadi hapal ayat2 alkitab dan lagu2 rohani kristen]. Pak Cornelius. Pak Harry yang masih saja unik dan berjiwa muda [hehehe]. Teringat masa sekolah dulu, dimana para guru sangat menekankan kediplinan yang dulu terasa menakutkan, namun kini telah memberi manfaat bagi kehidupan keseharianku. Dan pastinya juga bagi teman-temanku. 

Kusempatkan secara khusus mengucapkan terimakasihku atas jasa-jasa mereka semasa menjadi guru-guruku. Beberapa dari mereka bahkan memelukku erat. Mereka terlihat haru dan juga bangga karena kami masih mengingat mereka. Namun justru kamilah yang bangga pada mereka dan pengabdian mereka sebagai bapak dan ibu guru kami. Pahlawan tanpa tanda jasa ! Yang tak pernah lelah mengajarkan kami dan menghadapi berbagai kenakalan kami, sekaligus telah menghantarkan kami mencapai apa yang kami raih saat ini. Maka kesuksesan kami, adalah juga kesuksesan bapak dan ibu guru kami. 

Sungguh aku sangat bersyukur diberiNya kesempatan untuk bertemu kembali dengan bapak dan ibu guruku, dan mengucapkan terimakasihku pada mereka. Semoga para guru, dimanapun mereka berada dan bertugas, senantiasa dikenang oleh para muridnya. Dan jikalau engkau pernah menjadi "murid", semoga engkaupun diberiNya kesempatan, untuk satu waktu nanti dapat bertemu gurumu dan menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaanmu bagi mereka. 

December 4, 2008

Ada Epidemi AIDS di Indonesia !!!

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Tjandra Yoga Aditama, mengatakan bahwa Epidemi AIDS di Indonesia tergolong sebagai epidemi yang tertunda. Saat kasus HIV dan AIDS di negara lain sudah mulai turun, di negeri ini justru mulai meningkat dengan cepat. [Tempo Edisi 1-7 Des 2008]

Tidak percaya ??? 

Sementara Thailand sudah mulai berhasil mencegah penularan baru HIV melalui berbagai upaya program pencegahan dan treatment [perawatan] yang dijalankan oleh pemerintah dengan segenap elemen masyarakatnya, Indonesia justru seperti tidak perduli dengan fakta semakin tingginya jumlah penderita baru kasus HIV dan AIDS dan bagaimana penanganan / perawatannya. Ketidakpedulian ini juga dapat terlihat beberapa waktu lalu pada saat pasokan obat-obatan antiretroviral [ARV] sebagai sandaran hidup mereka yang terinfeksi HIV/AIDS mengalami hambatan dan sempat "hilang" dari peredaran. Tampak hanya segelintir kelompok terutama para pemerhati masalah HIV/AIDS yang mencemaskan kondisi ini, sementara perhatian apalagi keseriusan pemerintah tidak secara jelas terekam apalagi "terasakan". Prosedur dan birokrasi pemerintah yang kompleks [dan lamban!] menjadi lebih penting, ketimbang menyelamatkan hidup para penderita HIV/AIDS [ini belum lagi bicara bagaimana pentingnya mendukung peningkatan kualitas hidup penderita HIV]. Pada tablet-tablet ARV tersebut sesungguhnya digantungkan harapan besar untuk dapat tetap hidup bagi para penderitanya. Namun kematian mengancam mereka hanya karena masalah urusan birokrasi dan ketidakseriusan pemerintah menangani kepastian ketersediaan dan kelancaraan distribusi obat-obatan tersebut. 

Data UNAIDS per Agustus 2008 mengatakan bahwa ada 270 ribu orang yang terinfeksi HIV di negeri ini. Hingga saat ini, Indonesia menempati urutan ke-5 dalam hal jumlah pengidap HIV/AIDS di seluruh dunia, sesudah India, Cina, Thailand, dan Vietnam. Lebih lanjut dilaporkan juga bahwa kasus HIV/AIDS terbanyak terdapat di DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Sumatra Utara , Jawa Tengah, Kepulauan Riau dan Sumatera Barat.  

Data Depkes RI memperkirakan bahwa pada 2010 akan ada 400 ribu orang terinfeksi HIV dan 100 ribu meninggal. Dan jikalau tidak ada penanganan memadai, akan ada sejuta pengidap HIV/AIDS pada 2015 nanti. Dari jumlah tersebut, 38,500 kasus terkena pada kelompok muda usia 15-29 tahun, dan 350 ribu orang diperkirakan akan meninggal akibat HIV. 

Yang sangat disayangkan tentunya bagaimana kita harus merelakan "kepergian" anak muda kita, generasi muda kita akibat HIV sekaligus akibat lambannya birokrasi pemerintah. Seharusnya anak-anak muda itu akan menjadi tumpuan dan harapan kita untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik. Lebih maju. Lebih mapan. Lebih makmur. Dan menjadikan Indonesia yang lebih "sehat". Namun kini kita terancam kehilangan mereka ! 

Sesungguhnya gejala inipun telah terlihat di masa sekarang ini. Di jaringan sekitarku saja misalnya, ternyata banyak teman seangkatanku semasa sekolah dulu yang telah meninggal dunia oleh karena virus ini, atau yang saat ini menjadi penderita HIV dan AIDS. Mengingat mereka, terpikir olehku bagaimana "asset" keluarga bahkan asset negara terampas seiring kepergian mereka. Mungkin saja diantara mereka yang telah pergi, ada yang seharusnya berpotensi menjadi tokoh-tokoh sentral negeri ini yang akan membawa kemakmuran bagi rakyatnya...jika saja kehidupan tidak direngut dari mereka oleh karena virus ganas itu...belum lagi kerugian secara ekonomi yang harus ditanggung negeri ini oleh karena kehilangan pasokan tenaga kerja angkatan muda sekaligus pembayar pajak.

Jadi, masihkah kita harus "acuh" saja terhadap seriusnya epidemi AIDS di Indonesia ??? [hmmm, jadi bingung ini harusnya pertanyaan untuk pak pemerintah atau masyarakatnya yaa??? hehehe] 

December 1, 2008

Mimpiku Jadi Tentara Buatku Jadi Pecandu

Celebrating today World AIDS Day, below is a story from a man living with AIDS. He was a drug user for more than 14 years. He was twice close to death because of its drug over-dose, till one day...his life was changed....when he finally met his truly Healer....healed him from nobody to someone who have a purpose in life....He is now become an evangelist and dedicated his life to help and serve those who were abandon and rejected by their family and society, thru his Yayasan Pembaruan, located in Cisarua, West Java. 

Below is his story as I quoted from this website. His story was shown on Sept 10th, 2008 on Solusi Life at O'Channel TV Station, and will re-broadcast today at 00.30 a.m at SCTV, another story of his life and his Yayasan Pembaruan will be broadcast tomorrow at O'Channel at 8 p.m. 

Today, on this World AIDS celebration, together with his team he prefers to celebrate it by doing his evangelism work at a Ferry  sailing from Merak to Bangkauni, Lampung. 

I know his story very well. Because he is my older brother. His name is Hotmauli Marpaung, or Ully, as I used to call him since childhood. I am proud on him, and I love him ! 

*********
Mimpiku Jadi Tentara, Buatku Jadi Pecandu

Saya bernama Hotmauli Marpaung, dan saya telah divonis dokter mengidap HIV + dan AIDS.

Idola saya adalah ayah saya sendiri, dia seorang tentara yang sangat saya kagumi. Cita-cita saya semenjak kecil adalah menjadi seperti ayah saya, seorang tentara. Dulu setiap kali ayah membersihkan senjatanya, saya selalu memperhatikan, dan begitu ingin menjadi seperti dia. Namun semua harapan dan mimpi-mimpi saya tak pernah terwujud, hal itulah yang membawa saya kepada jerat narkoba.

Penglihatan saya mengalami gangguan, hal ini diketahui sewaktu saya SMA. Saya tidak pernah mau memakai kaca mata karena saya ingin sembuh. Namun harapan itu tidak pernah terjadi. Karena saya tahu, jika penglihatan saya tidak jelas sudah pasti saya tidak bisa menjadi tentara akhirnya saya melampiaskan kekecewaan dan rasa frustrasi dengan mengkonsumsi narkoba.

Namun setiap kali saya melihat sosok tentara dijalan, dalam imajinasi saya selalu terbayang tentang diri saya yang menjadi tentara yang pergi bertempur. Lalu bagaimana saya memenangkan pertempuran. Pada saat imajinasi seperti itu memenuhi pikiran saya, kemudian saya memakai putaw. Sudah berkali-kali saya ingin berhenti dari kecanduan ini, namun saya selalu gagal karena saya tak pernah bisa mengatasi rasa kecewa yang selalu muncul kembali.

Ketika ayah saya mengetahui bahwa anaknya memakai barang-barang haram itu, dia sangat sedih. Namun hal itupun tak bisa menghentikan kecanduan saya pada narkoba. Bahkan dengan jahatnya, saya mengelabuhi ayah untuk menuruti keinginan saya membeli putaw.

Saya bilang pada ayah, “saya benar-benar ingin berhenti pak. Tapi saya punya keinginan untuk membeli barang itu pak. Saya cuma ingin merasakan beli barang itu pak.”

“Kamu bohong sama bapak,”jawab ayah.

“Bener pak, kalau bapak ngga percaya, bapak yang anterin saya kesana. Dan begitu saya beli barang itu, saya langung kasih ke bapak.”

Karena keinginan ayah yang begitu besar supaya saya lepas dari kecanduan itu, ayah bersedia mengantarkan saya ke bandar narkoba untuk membeli barang haram itu. Saya meminta ayah untuk menunggu dimobil saat saya melakukan transaksi dengan bandar itu. Dan ketika saya kembali kemobil, saya berikan barang itu kepada ayah untuk meyakinkannya. Namun ada satu hal yang tidak diketahui oleh ayah saya, barang yang ada ditangannya itu adalah barang palsu yang sudah saya persiapkan sebelumnya di rumah. Sedangkan barang yang asli ada disaku celana saya, dan begitu pulang dan berada dikamar langsung saya pakai.

Saya berhasil mengelabuhi ayah dengan cara itu selama beberapa waktu. Namun akhirnya ayah saya tidak mau mengantarkan saya lagi membeli barang itu. Pada saat itu saya mengancam ayah saya, jika tidak mau menuruti keinginan saya maka mereka semua akan menderita, dengan maksud bahwa saya akan menjadi pencandu yang semakin parah.

Ayah saya sering saya sakiti, barang-barangnya sering saya jual untuk membeli narkoba. Selain itu juga saya sering menipu dan membohongi ayah saya. Tidak berhenti disana, adik saya pun harus menderita bahkan pernah saya pukul supaya saya bisa mendapatkan apa yang saya mau. Disana saya sadar saya telah gagal menjadi seorang abang yang harusnya melindungi dan mengasihi ayah saya, namun saya tak bisa lepas dari kecanduan ini.

Hingga suatu malam, saya merasa ada sesuatu yang aneh dirumah saya. Akhirnya saya memutuskan untuk menginap dirumah saya. Namun entah bagaimana, hal itu diketahui oleh ayah. Saya diambil paksa oleh ayah dengan dibantu beberapa orang pria.

Saat itu saya berteriak-teriak pada ayah,”Saya mau dibawa kemana ini pak? Tolonglah, saya jangan dibawa pak…!”

“Ya udahlah li.. kau ikut saja.. baik-baiklah kau disana…” kata ayah saya sambil menangis.

Itulah cerita bagaimana akhirnya saya bisa berada dipanti rehabilitasi. Saya ditaruh disebuah ruang isolasi, dan sebuah rasa takut muncul dalam pikiran saya,”Apakah ini cara keluarga saya untuk membuang diri saya?”

Dari ruang isolasi saya dipindahkan keruang pembinaan, dan tidak ada kegiatan yang bisa saya lakukan selain membaca, jadi saya membaca Alkitab. Pada waktu pertama kali tidak ada sesuatu yang istimewa yang saya dapat dari firman Tuhan. Namun setelah beberapa hari, timbul dalam hati saya pertanyaan,”Apakah benar, fiman ini adalah firman yang hidup? Apakah benar segala perkara bisa saya tanggung didalam Dia? Pada waktu saya sakau, dan saya berteriak, apakah benar saya bisa mengandalkan Tuhan? Saya ingin mencoba itu, kalau memang benar kalau Dia adalah jawaban bagi hidup saya.”

Hal itulah akhirnya yang membuat saya memegang firman Tuhan yang saya baca dalam menghadapi saat-saat sakau. Hingga suatu kali saat rasa sakit karena sakau itu menyerang, saya hanya bisa menyanyikan lagu ini,”Ajaiblah Tuhan, penuh kuasa. Sangup pulihkan keadaaan ku.” Tiba-tiba saya merasakan sesuatu yang hangat mengalir pada tubuh saya. Disitu kesadaran akan dosa muncul dalam hati saya. Saya berdoa meminta ampun kepada Tuhan atas apa yang telah saya buat, dan saya merasa Tuhan itu begitu baik, karena hingga saat ini saya masih hidup. Selesai saya berdoa, saya merasa rasa sakit pada tubuh saya hilang. Pada saat itu saya sadar bahwa Tuhan itu begitu nyata.

Mulai hari itu, saya mulai mencari Tuhan sungguh-sungguh. Saya mau makan firman Tuhan itu dan tetap mau tinggal didalam Kristus. Secara tidak sadar, melalui firman Tuhan yang masuk dalam hidup saya, saya dibebaskan dari keterikatan pada narkoba. Kehidupan saya yang hancur dipulihkan, demikian juga dengan hubungan saya dengan keluarga. Kini saya bebas dari ketergantungan pada narkoba yang telah mengikat saya selama 14 tahun.

Walaupun saya divonis mengidap HIV + bahkan AIDS, saya dapat menerimanya karena kasih Tuhan yang memampukan saya. Tuhan Yesus adalah segalanya bagi saya, karena Dia adalah jawaban bagi hidup saya. 

Pita Merah, Pantaskah Kita ?

Pita Merah (Red Ribbon) merupakan lambang internasional untuk kepedulian terhadap HIV/AIDS. Pita merah dicetuskan pada April 1991 oleh suatu kelompok dermawan kecil yang bernama Visual AIDS yang berpusat di New York. Mereka ingin menemukan suatu tanda peringatan abadi yang menjadi lambang untuk mempersatukan berbagai pihak di seluruh dunia yang peduli dengan meluasnya penyebaran AIDS. Di Inggris, Pita Merah pertama kali dipakai oleh 700.000 penggemar lagu pop saat konser musik memperingati Freddy Mercury yang diselenggarakan di stadion Wembley pada April 1992.

Putri Diana memakai Pita Merah pada World AIDS Day Concert of Hope (Konser Harapan Hari AIDS Sedunia). Saat ini, orang-orang di seluruh dunia memakai Pita Merah untuk menunjukkan perhatian dan kepedulian mereka terhadap HIV/AIDS. Peduli terhadap orang dengan HIV-AIDS (ODHA), mereka yang telah meninggal dunia, dan mereka yang merawat serta mendukung Odha dengan penuh kasih sayang.

Pita Merah dimaksudkan agar menjadi lambang pengharapan agar pencarian vaksin dan obat untuk menghentikan penderitaan ODHA berhasil. Pita Merah juga menawarkan dukungan simbolis. Dukungan untuk ODHA, untuk terus mendidik mereka yang tidak terinfeksi, untuk upaya maksimal dalam menemukan pengobatan, serta untuk mereka yang telah kehilangan teman, anggota keluarga, atau orang yang dicintai karena AIDS.

Tetapi Pita Merah saja tidak cukup. Pita Merah hanya dapat menjadi lambang yang berguna jika diikuti dengan ucapan dan perbuatan yang betul-betul dapat membuatnya berbeda. Jik Anda ditawarkan Pita Merah, berarti Anda diminta untuk menerima dan memakainya sebagai sebuah penghargaan kepada jutaan orang yang hidup dengan atau tersentuh HIV-AIDS di seluruh dunia. Siapa saja dapat memakai Pita Merah untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki pengertian pada masalah seputar HIV/AIDS.

Semua ini merupakan upaya yang muncul dari masyarakat. Tidak ada Pita Merah yang resmi. Anda pun dapat membuatnya sendiri. Memakai Pita Merah merupakan langkah pertama dalam memerangi HIV/AIDS. Pita Merah dapat dipakai kapan saja sepanjang tahun, tetapi khususnya pada Hari AIDS Sedunia. Langkah berikutnya adalah mendukung ODHA dan mengingatkan yang tidak terinfeksi. 

[Sumber: Artikel ini di unduh seluruhnya dari http://omqm.blogspot.com/2