November 25, 2008

Class of 89, SMP Oel Reunion




Salah satu kehebatan jaringan pertemanan seperti www.facebook.com yaitu antaralain mempertemukan kita dengan teman dan sahabat yang mungkin telah bertahun lamanya tak pernah bertemu. Misalnya mempertemukanku kembali dengan teman-teman semasa bersekolah di SDK Ora et Labora [Blok M, Kebayoran Baru] dan SMPK Ora et Labora [Pondok Indah, Jakarta Selatan]. 

Seru, lucu, kocak, penuh tawa dan canda....beginilah suasana saat 25 orang diantara kami saling janjian bertemu di Cafe Hongkong, Jakarta-Pusat. Banyak juga yang sudah tidak saling mengenali sehingga harus kembali saling menyebutkan nama sekaligus mengungkapkan beberapa kejadian konyol yang mungkin sanggup membuka kembali ingatan dan kenangan yang telah terkubur lama. Yap ! Hampir 20 tahun lamanya sejak kami semua meninggalkan bangku SMP di sekolah yang bahkan kini telah berganti nama menjadi Raffless International School. [hmmm, jadi ketawan deeh usia sesungguhnya hehehe] 

Bukan hanya ukuran pinggang dan tinggi badan yang berubah pada diri kebanyakan kami [hehehe] tetapi juga penampilan dan isi dompet tentunya...[hehehe yang ini pastinya mempengaruhi kepercayaan diri deh kayaknya hihihi]. Ada yang dulu terlihat kurus, kecil dan culun, sekarang terlihat gagah dan keren. Ada juga yang dulu sempat dikagumi sebagai salah seorang cewek tercantik dan tergaya, sekarang ini hmmm....ternyata terlihat "biasa" saja [hehehe dasar sirik adja yaaack...!] 

Bagaimanapun perubahan itu terjadi diantara kami, senang rasanya masih diberi kesempatan untuk dapat bertemu dan menyambung kembali tali pertemanan yang sempat telah lama terputus. Oya, sekitar bulan July 2009 nanti, rencananya akan diadakan Reuni Akbar SD-SMP-SMA Ora et Labora [Oel] di Jakarta. Menyenangkan sekali bila kembali dapat bertemu bukan hanya dengan teman-teman semasa kecil, tetapi juga dengan bapak dan ibu guru semasa disekolah dulu. Bagaimana ya kabar guru-guru favoritku ??? Pak Edy yang guru sejarahku yang suka menggambar saban menerangkan cerita-cerita sejarah, Pak Yono guru olahragaku yang [lumayan] ganteng dan gagah....guru matematikaku yang baikk banget, Ibu Wira. Dan juga Ibu Sarce, guru matematikaku yang lain [yang ini yang galak hehehe]. Tidak sabar rasanya ingin dapat bertemu mereka kembali, dan mengucapkan terimakasih atas segala jerih payah mereka semasa menjadi guru-guruku dulu. 

Nach, buat yang pernah bersekolah di Oel, buruan deeh mendaftarkan diri di website Ikatan Alumni Oel dan bila sempat, jangan lupa hadir dipertemuan akbar alumni Oel tahun depan ! :) 

November 24, 2008

Wreck Diving at the U.S.A.T. Liberty

[got trapped into school of jack fish]

[do we look like a twin ?] 

[watching on a parade of sweet-lips fishes]

[entering the underwater cave]
Here are some pictures during my last week wreck diving in Tulamben, Bali. 

We dived at the U.S.A.T Liberty. She is a 120 meter long shipwreck, the remains of a US World War II freight, torpedoed on January 11, 1942 at 4.15 a.m. by a Japanese submarine while crossing the Lombok Strait carrying material [rubber and railway parts] from Australia to the Phillipines. Two US destroyers hitched up to the ship and tried to tow it to the port of Singaraja. 

For 21 years the Liberty was staying on the beach of Tulamben, 70 km away from the nearest safe harbor. Then on 1963, she was pushed from her location by the fatal eruption of the volcano Gunung Agung. During the process the hull broke into two pieces, and now she is laying only 30 meters away from the Tulamben beach on a sandy slope 90 degrees on her side parallel to the shore the deck side faces the ocean. 

Now the Liberty shipwreck is the most visited diving site of Bali at a perfect depth for scuba diving ranging from 2.5 meters down to 29 meters. An amazing growth of encrusting animal cover the wreck, marines biologists estimate that about 400 different species of reef fish live on the Liberty. And last week, I was so happy to met some of them :) 

November 23, 2008

Hukuman Mati Bukan Solusi

HUKUMAN MATI BUKAN SOLUSI
Pernyataan sikap LBH Masyarakat atas Eksekusi Amrozi dkk

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Masyarakat mengutuk segala bentuk kekerasan dan kekejaman termasuk tindakan pengeboman di Kuta Bali 2002 lalu. Namun demikian, LBH Masyarakat menyayangkan putusan pemerintah Indonesia yang tetap melaksanakan eksekusi mati terhadap tiga orang terpidana Bom Bali I, Amrozi, Imam Samudera dan Ali Ghufron karena justru pemerintah telah mempertontonkan suatu tindakan kekerasan yang dibalas oleh kekerasan pula.

LBH Masyarakat menentang keras penggunaan hukuman mati sebagai bentuk pemidanaan dan jawaban atas penyelesaian kasus-kasus hukum termasuk juga dalam hal tindak pidana terorisme. Kami memandang bahwa Pertama, hukuman mati adalah bentuk pelanggaran terhadap hak untuk hidup setiap manusia yang merupakan hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun juga.

Kedua, hukuman mati merupakan suatu bentuk penghukuman yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat manusia. Hal tersebut tak lebih dari pembunuhan yang dilegalisasi yang dilakukan oleh negara atas nama keadilan.
Ketiga, setiap kejahatan berat harus dihukum berat. Namun hukuman terberat tidak boleh sampai merenggut hidup seseorang. Hukuman seumur hidup lebih layak sebagai hukuman terberat yang lebih banyak memberikan kesempatan bagi banyak pihak untuk memperbaiki keadaan.

Keempat, data dan fakta menunjukkan bahwa hukuman mati tidak banyak memberikan kontribusi dalam mengurangi angka kejahatan, sebaliknya, hal tersebut menunjukkan bahwa bukan seberapa kejam hukumanlah yang dapat menimbulkan efek jera; melainkan adanya kepastian bahwa setiap orang yang melakukan tindak pidana pasti dihukum setelah sebelumnya melalui proses peradilan yang adil dan transparan. Secara khusus dalam kasus ini, penggunaan hukuman mati justru menimbulkan inspirasi bagi beberapa kelompok untuk menempatkan Amrozi cs sebagai “pahlawan” dan seolah-olah memberikan legitimasi akan perbuatan Amrozi cs. Kenyataan menujukkan bahwa Amrozi cs tidak takut hukuman mati. Dan sebaliknya, pasca pelaksanaan eksekusi tersebut, justru muncul gelombang dukungan dari kalangan tertentu yang mendukung “perjuangan” Amrozi cs tersebut.

Penolakan kami terhadap penggunaan hukuman mati terhadap Amrozi cs bukan berarti kami mengesampingkan rasa kehilangan para korban yang ditinggalkan. Namun LBH Masyarakat lebih mendorong keadilan restoratif yakni memulihkan keadaan korban dan bukan melestarikan keadilan retributif yang didasarkan pada balas dendam. Ketika negara mempromosikan hukuman mati sebagai alasan keadilan berarti negara mendorong agar bangsa ini selalu mempergunakan alasan dendam untuk memperoleh keadilan.

Keadilan bukanlah berarti mengambil apa yang telah diambil oleh pelaku kejahatan. Keadilan bukan bicara mengenai kita melakukan hal yang sama dengan apa yang si pelaku telah lakukan terhadap kita. Selama ini kita muak dengan segala tindakan kejam dan meminta pemerintah untuk membalas tindakan kejam tersebut dengan menerapkan hukuman mati. Tanpa kita sadari, penerapan hukuman mati ternyata hanya memperpanjang rantai kekerasan.

Jakarta, 10 November 2008
Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat

Taufik Basari, S.H., S.Hum, LL.M
Ketua Dewan Pengurus

Ricky Gunawan, S.H.
Direktur Program

November 9, 2008

The End of Amrozi CS

Malam ini kota Jakarta diguyur hujan deras. Dan dari TV malam ini aku mendengar berita bahwa eksekusi mati telah dilaksanakan terhadap Amrozi, Ali Gufron dan Imam Samudra. Setelah seminggu penuh berita di berbagai televisi nasional menayangkan berita seputar rencana eksekusi mereka, maka malam ini adalah puncak penantian dari mereka yang mengharapkan ditegakkannya keadilan melalui kematian trio pelaku bom bali ini. 

Namun apakah kematian mereka adalah jawaban dari peristiwa menyedihkan yang terjadi 6 tahun lalu itu ? Apakah dengan kematian mereka juga dapat menghentikan paham-paham dan keyakinan Amrozi dkk ? Apakah kematian mereka menjamin tidak akan ada lagi kekerasan dan terorisme? Ataukah kematian mereka justru akan semakin membuat subur gerakan-gerakan baru yang akan meneruskan perjuangan mereka? 

Enam tahun lalu Amrozi dkk telah mengambil nyawa dan kehidupan 202 orang. Sementara ratusan lainnya terluka dan barangkali masih mengalami trauma hingga hari ini. Dan mengakibatkan berbagai kerugian lainnya baik yang dialami oleh korban dan keluarganya, maupun negara dan Indonesia secara khusus. Enam tahun lalu Amrozi dkk telah mencuri hak Tuhan dan berperan sebagai tuhan. Mengambil nafas kehidupan seseorang adalah hak tunggal Tuhan, Sang Pemberi Kehidupan itu sendiri. Apapun alasannya tidak dapat dibenarkan, dan enam tahun lalu Amrozi dkk telah menjadi pembunuh. Namun haruskah kini kita, apalagi negara, mengambil nafas kehidupan mereka juga sebagai akibat perbuatan mereka enam tahun lalu? Lalu apakah bedanya kita, apakah bedanya negara dengan Amrozi dkk itu ? Kitapun telah menjadi pembunuh ! 

Sejatinya setiap manusia memiliki hati nurani dan kebutuhan untuk berbuat kebajikan. Itu sebabnya selagi nafas kehidupan masih kita miliki, sejahat apapun kita, masih ada kesempatan dan ruang untuk pertaubatan dan harapan akan perubahan. 

Jikalau benar malam ini adalah malam terakhir Amrozi dkk, semoga sebelum nafas kehidupan mereka diambil oleh "tuhan-tuhan dunia" ini, ada mujizat dan pertaubatan terjadi dalam diri ke3-nya. Semoga masih diberi kesempatan untuk memohon ampunan kepadaNya sebelum semua berhenti untuk selamanya.

Setidaknya semoga Amrozi dkk menyadari keberuntungan yang mereka miliki paling tidak sejak tertangkapnya mereka enam tahun lalu. Beruntung karena mengetahui kapan hari terakhir mereka didunia dan bagaimana mereka akan mengakhiri dan meninggalkan kehidupan. Karena bagi banyak orang, termasuk ke 202 orang korban mereka, tidak memiliki keberuntungan untuk mengetahui rahasia Tuhan ini, tidak pernah mengetahui saat hari kematian itu datang menjemput. Tidak sempat mengucapkan salam perpisahan apalagi menulis dan membacakan wasiat serta ditayangkan diberbagai televisi nasional sebagaimana halnya trio bom bali tersebut. Bagi Amrozi dkk cukuplah enam tahun ini menjadi tahun yang penuh sorotan dan liputan atas segala sepak terjang mereka. Cukuplah mereka melampiaskan mimpi mereka menjadi celebritis, bila memang pernah bermimpi menjadi seorang celebrity. 

Proses jelang kematian Amrozi dkk rasanya menjadi prosesi yang phenomenal yang pernah tercatat dalam sejarah jelang kematian seorang anak Indonesia. Semua dipersiapkan demi menyambut "gebyar" kematian mereka. Mereka yang terlibat sebagai panitia meliputi ratusan polisi dan aparat yang bersiaga bukan hanya di Lapas Nusakambangan, tetapi juga bersiaga di kampung halaman mereka, demikian juga ratusan journalis dan media yang meliput selaku seksi dokumentasi. Tidak putus-putus meliput berita jelang eksekusi dan menyiarkan secara khusus. Bahkan penyiaran berita kematian mantan Presiden Suharto pun tidak selengkap penyiaran berita eksekusi Amrozi dkk. Paling tidak dalam hal penayangan pembacaan surat wasiat yang disaksikan oleh jutaan pemirsa televisi nasional bahkan internasional. Seksi transportasi juga tidak kalah sigap mempersiapkan fasilitas khusus bagi para tokoh ini. Tiga helikopter bahkan exit strategy khusus direncanakan dan dipersiapkan bagi mereka. Hingga prosesi gladiresik juga khusus dirancang demi memastikan segala sesuatunya berjalan lancar. Singkatnya ada banyak kemewahan yang khusus dipersiapkan demi menyambut jelang kematian Amrozi dkk, termasuk penundaan dan lambannya prosesi eksekusi itu sendiri yang cukup membuat "gerah" pihak-pihak yang begitu bersemangat melihat kematian mereka. Bahkan seorang korban "eksekusi" lain seperti Tibo-pun tidak memiliki keistimewaan akan halnya Amrozi dkk ini. 

Sembari menikmati guyuran hujan kota Jakarta malam ini, terbersik pertanyaanku, apakah yang Amrozi dkk pikirkan dan rasakan malam ini, sebelum nafas kehidupan mereka dicabut selamanya ? Adakah kecemasan dan rasa takut, adakah penyesalan, ataukah justru semakin mereka merasa telah menjadi pahlawan demi apapun itu yang mereka yakini. Aku tetap berharap semoga Sang Pemberi Kehidupan memberikan mujizatNya, dan memberikan pada mereka pengampunanNya....

Life is beautiful, life is so precious ! 

Rock the World, Obama !!!





Here are some pictures during last Obama's celebration party held at Bellagio, Mega Kuningan. About 500 people were celebrating the victory of Obama and Hope. All walks of life gathered there. Not only American, but also Indonesian. 

On last June I wrote about Obama here, and now 'am glad that he is not only a candidate but today he is the new President for the new USA. Its a dream come true for him, and for the American. And for people of the world, a change has come to America, may it will bring peace and more stability to many other nations. 

Now that he is the elected President, as he promised during his campaign, its gone be excited to see how he will put his nation back into the RIGHT TRACK. How will he reserve the disastrous trickle down economics that takes from the poor and middle class and gives to the rich. And specially as this will be his priority things to do, how he will overcome this global crisis that suffered by many countries including Indonesia. 

No doubt that Obama has attracts many people with his charisma. And for Indonesian Politicians who will run for campaign on 2009, may can also learn from him. Specially on how he generally avoided negative attacks. Keep stay cool, calm while under pressure, and do not react rashly to any situation. From what I watched on him [on TV of course !], he tries to understand things first before reacting. He is not the kind of man who will "shoots first and asks questions later" :) When you watch "Debat Politik" at TV-One, then you will see and notice that many of our politician still need to sharpen their debate style. 

So the floor are yours, Mr. Obama. Go dancing, rock the world ! :) 

November 5, 2008

Change Has Come To America !


Change has come to America. Today.

Young and charismatic but with little experience on the national level, Obama smashed through racial barriers and easily defeated Republican John McCain to become the first African-American destined to sit in the Oval Office, America's 44th president. He was the first Democrat to receive more than 50 percent of the popular vote since Jimmy Carter in 1976.

Obama won California, Colorado, Connecticut, Delaware, the District of Columbia, Florida, Hawaii, Illinois, Indiana, Iowa, Maine, Maryland, Massachusetts, Michigan, Minnesota, Nevada, New Hampshire, New Jersey, New Mexico, New York, Ohio, Oregon, Pennsylvania, Rhode Island, Virginia, Vermont, Washington and Wisconsin.

With most U.S. precincts tallied, the popular vote was 51.9 percent for Obama and 46.8 percent for McCain. But the count in the Electoral College was lopsided in Obama's favor over McCain — 349 to 147 as of early Wednesday, with four states still to be decided. Those were North Carolina, Georgia and Missouri.

The first America's black president, Barack Obama turned from the jubilation of victory to the sober challenge of leading a nation worried about economic crisis, two unfinished wars and global uncertainty. But as he said today, "The road ahead will be long. Our climb will be steep". He acknowledged that repairing the economy and dealing with problems at home and overseas will not happen quickly. "We may not get there in one year or even in one term," he said. "But, America, I have never been more hopeful than I am tonight that we will get there. I promise you, we as a people will get there."

Another 76 days before his inauguration, gonne be exciting to see what Obama plans to do for his country and for the world. But for today, I am sharing my happiness here to see him as the newly US President. Go Obama Go :) And definitely I will go for his celebration party tonight, here in Jakarta, at Bellagio Boutique Mall in Mega Kuningan. Wanne join ??? :)