November 2, 2010

Happy Birthday, Bapak Marzuki Alie ...

Indonesia sedang berduka. Berbagai bencana menimbulkan korban begitu banyak putera-puteri negeri ini, datang silih berganti. Jika saja airmata kesedihan yang tercurah dari mereka yang ditinggalkan dapat terkumpul, sepertinya telah dapat membentuk lautan baru di negeri bahari ini.

Belum habis duka kita akan bencana yang terjadi di Wasior, Papua, gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatra dan meletusnya Gunung Merapi di Jawa Tengah, seakan saling berlomba menambah curah airmata di bumi ini.

Namun ada satu "bencana" lagi yang membuatku terhenyak, dan sungguh bersedih. Bencana krisis empati dan kepedulian anak bangsa khususnya para pejabat alias pemimpin negeri !

Kepada merekalah, para pemimpin negeri, jutaan rakyat yang terkena bencana saat ini seharusnya dapat mengandalkan dan meraih harapan mereka kembali. Namun ternyata bukan secercah harapan yang ditawarkan, melainkan ucapan dan tindakan yang justru menambah derasnya curah airmata korban bencana !

Marzuki Alie. Sang Ketua DPR RI periode 2009-2014 dari Partai Demokrat. Kelahiran Palembang, Sumatra Selatan pada 6 November 1955. Entah apa yang dipikirkannya sebelum beliau mengucapkan perkataan yang ternyata (kembali) menimbulkan kontroversi dan melukai begitu banyak anak negeri, termasuk konstituennya sendiri (termasuk diriku yang juga memberikan suaraku pada Partai Demokrat di masa pemilu lalu!).

Mulutmu, harimaumu ! Maka berhati-hatilah terhadap keluaran "pabrik kata-kata"mu.

Bukan ucapan penghiburan dan simpati yang terucap kepada masyarakat Kepulauan Mentawai, ketika 394 orang tewas, 313 orang hilang dan 23,000 orang mengungsi dan kehilangan tempat tinggal serta harta bendanya.

"Salah sendiri kenapa hidup di pantai. Siapa pun yang takut kena ombak jangan tinggal di pinggir pantai. Mentawai itu kan pulau. Jauh itu. Pulau kesapu dengan tsunami, ombak besar, konsekuensi kita tinggal di pulaulah". Dan kemudian beliau menyarankan agar masyarakat direlokasi ke daratan.

Sebelumnya, terkait rencana kunjungan para anggota dewan ke luar negeri yang bertepatan dengan terjadinya berbagai bencana, dan munculnya wacana agar para anggota dewan menunda kunjungan "study banding" mereka, sang pemimpin juga mengatakan bahwa tugas DPR adalah melakukan pengawasan bukan tanggap darurat, sehingga kunjungan ke daerah maupun luar negeri tak boleh ditunda.

Ucapan beliau yang sebentar lagi akan berulangtahun ke 55 tahun, usia dimana kematangan dan kearifan selayaknya telah diraih, rasanya memberi luka yang mungkin terasa lebih menyakitkan ketimbang terjangan gelombang tsunami. Sang pemimpin wakil rakyat yang tidak lagi berempati terhadap rakyatnya. Sepertinya kepedulian dan empati hilang raib ketika kursi dan tahta telah diraih, ketika telah mencapai puncak kejayaannya dan lupa mereka yang dulu berjuang bersamanya.

Selamat ulangtahun, pak Marzuki. Ditengah berbagai kekecewaan dan mungkin juga makian karena ucapan anda, semoga tetap membuat anda mampu berzikir dan merenung. Apakah sesungguhnya yang anda inginkan saat hendak meraih kursi DPR ? Membangun Indonesia dan memajukan masyarakat kah ? Atau meraih kepentingan anda semata dan melukai berjuta rakyat Indonesia. Hanya anda yang mampu menjawabnya.

Ohya ! Sekedar saran dari suara yang terlupakan: suara saya ketika mempercayakan hak pilih saya kepada anda. Di saat waktu senggang anda, cobalah pelajari lagi ilmu antropologi dan sejarah Indonesia, akan bermanfaat membuat anda mengerti bahwa tidak mudah merelokasi masyarakat dari satu daerah ke daerah lain. Pelajarilah sejarah negeri dan berbagai budaya masyarakat Indonesia. Juga, pecat konsultan komunikasi anda saat ini ! Carilah seorang konsultan komunikasi sekaligus konsultan politik, yang memang mampu membantu anda bekerja. Dan akuilah bahwa memang anda lemah dalam berkomunikasi, bangunlah empati anda ! Itulah dasar hakiki jika anda ingin menjadi pemimpin: miliki hati dan kepedulian !

1 comment:

Anonymous said...

Cool, what a great trip you had in Malaysia water, I do hope that I can be there one day as exploring their sea and comparing to what we have here in Indoesia (actually Sipadan is part of Indonesia was), and of course promoting Indonesia and Bali specially.
Unlucky that I can not there to be your divebuddy

Happy diving...