July 21, 2008

Today's Blessing

[my loving dad when hospitalized about a year ago, i was still in Papua on that time...] 

Bersama adikku, Erni, week-end ini kami menginap dan menunggu papi yang sedang kembali di rawat, kali ini di RS Gatot Subroto. Sudah hampir 3 minggu papi berada di rumah sakit ini. Sebelumnya papi memang sempat pulang ke rumah selama hampir 2 minggu setelah ia di rawat selama 3 minggu di RS Mitra Internasional dan RS Tebet selama hampir seminggu. Yap ! Selama dua bulan ini papi memang terpaksa harus bolak-balik "menginap" di rumah sakit yang berbeda. 

Saat memandikan papi kami baru mengetahui bahwa di bagian punggung bagian bawah papi ternyata mengalami luka dalam yang cukup serius khususnya bagi papi yang menderita DM [Diabetes Melitus] dan komplikasi ginjal. Sedih, khawatir dan terutama sangat menyesal saat kami mengetahuinya. Memang selama ini kami mempercayakan perawatan harian papi khususnya ritual mandi, dsb, kepada seorang perawat yang memang kami pekerjakan khusus untuk membantu papi dalam ritual kesehariannya. Namun yachh itu tadi....ternyata sebaik dan sebagus apapun dia, tetap keluarga lebih memiliki ketelitian. Menyesal sekali karena selama ini kami justru kurang memperhatikan hal seperti ini. 

Singkatnya, setelah berbicara dengan dokter dan juga menyempatkan diri browsing info di internet tentang luka yang diderita papi, ternyata papi mengalami apa yang disebut Ulkus Dekubitus. Pasien pengguna kursi roda, kelumpuhan karena stroke, dan khususnya orang lanjut usia seperti papi yang tidak dapat berjalan atau bergerak dalam waktu lama [immobilisasi] karena harus berbaring terus di atas tempat tidur dalam waktu lama, memang sering kali mengalami dekubitus. Peningkatan tekanan pada daerah antara kulit dan tulang di area yang sama terus menerus akan memberi pengaruh pada jaringan diantaranya, sehingga aliran darah akan terhambat dan terjadi kurangnya suplai oksigen ke jaringan yang berujung pada kematian jaringan. Daerah yang sering terkena selain punggung bagian bawah / tulang ekor, antara lain tumit, mata kaki bagian luar, pantat, dan belakang paha. Suster yang merawat papi menginformasikan pada kami bahwa untuk mencegah semakin parah terjadinya dekubitus, maka bisa dipakai kasur anti dekubitus, bantal berongga, dan perubahan posisi 30 derajat ke samping. Selama seminggu terakhir ini memang setiap 3 jam sekali kami memindahkan posisi tidur papi sesuai anjuran dokter dengan harapan papi tidak harus mengalami luka akibat terlalu lama berbaring, namun ternyata papi harus mengalaminya. 

Itulah sebabnya seharian ini saya browsing internet mencari informasi mengenai kasur anti dekubitus [yang selalu salah sebut kuucapkan sebagai hibiscus....lebih enak adja nyebutnya hehehe]. Setelah browsing beberapa artikel ternyata harga kasur ini cukup mahal [sekitar 2 jutaan lebih], apalagi karena harus dipompa memakai tenaga listrik. Kasur ini akan terus bergelombang, bergantian gelembungnya, seperti memijat, dan sangat bagus bagi pasien immobile seperti papi. Sempat terdiam juga saat mengetahui harganya yang mahal...yach, jujur saja mahalnya biaya pengobatan papi selama ini dan terbatasnya anggaran yang kami miliki memang telah menjadi kekhawatiran buat kami. Namun dengan tekad untuk memberikan yang terbaik buat papi, saya pun kekeuh mencari tahu dimana saya dapat membeli kasur ini. Di salah satu posting artikel yang ditulis di bulan Oktober 2007, yang saya temukan dari google, saya membaca ada seseorang bernama kenns yang juga mencari informasi serupa untuk mamahnya yang sedang sakit stroke dan beliau ternyata juga menuliskan nomor telepon selularnya dalam posting tersebut. Saya kemudian meneleponnya dengan maksud ingin bertanya dimana dapat membeli kasur tersebut. Sungguh terkejut ketika beliau, yang ternyata bernama bapak Eddy Paulus, tiba-tiba menanyakan apakah saya bersedia menerima berkat, dan ternyata ingin memberikan kasur tersebut secara cuma-cuma kepada saya. Beliau kemudian bercerita bahwa mamahnya yang telah berpulang justru tidak sempat memakai kasur yang telah terlanjur ia beli, dan lebih lanjut ia berkata bahwa ia baru saja selesai beribadah di GBI Fatmawati saat saya menelpon menanyakan soal kasur, dan ia merasa tergerak untuk memberikannya kepada saya. Ketika akhirnya kami bertemu sore ini, beliau menegaskan bahwa tidak ada perkara kebetulan bila Tuhan telah turun tangan. Bahkan Tuhan dapat pakai orang asing yang belum pernah kita kenal untuk menjadi berkat bagi kita. Dan bila kuingat-ingat, memang sering kali aku menerima kemurahanNya yang luar biasa dengan cara seperti yang IA tunjukkan padaku hari ini. Tak kuasa aku kembali menitikkan airmata saat bertamu di rumah pak Eddy. Sungguh, bila kurenungkan aku merasa tidak layak menerima kemurahan Tuhan...namun justru Tuhan seperti tak pernah henti menunjukkan kasihNya,  bahwa IA tidak pernah meninggalkan kita sendirian bergumul dengan berbagai permasalahan....Sore inipun IA mengirim pak Edy untuk menolong kami dan mengambil bagian dalam perawatan papi, beliau menyambutku, Erni dan Ferdy, adik iparku, di rumahnya yang asri di kawasan Ciganjur dengan sangat ramah, bahkan mendoakan papi dan membagi pengalamannya saat merawat mamahnya dan sekaligus membagi firman dan perkataan Tuhan dengan kami. 

Hari ini kembali kami merasakan kemurahan Tuhan bagi keluarga kami. Biarlah ini dapat menjadi kesaksian bahwa sungguh, Tuhan maha tahu dan IA sungguh mengerti dan perduli....biarlah mata hati rohani kita dapat selalu terbuka untuk melihat dan menghitung betapa banyaknya kasih yang IA telah dan akan selalu limpahkan buat kita....setiap pagi, setiap hari....dan dapat membuat kita selalu menaikkan syukur atas segala kebaikanNya...

Thank you so much, my dear Lord Jesus....thank you so much.....

5 comments:

JR said...

Tuhan ga pernah salah waktu. Pertolongan dan penghiburanNya emang bener2 ajaib :)

Stella Aleida Hutagalung said...

Wah, aku terharu sekali membaca ceritamu ini Li. Ada saja ya cara Tuhan menolong kita..again, melalui para malaikatNya dalam bentuk teman atau bahkan orang yang masih asing dengan kita sekalipun. Peluk cium untuk Papi.

goresan pena said...

hm.. "Tuhan tahu, tapi Tuhan menunggu..". memang tidak pernah ada suatu kebetulan. tiap orang punya permasalahan sendiri, tapi tetap ada suatu kemiripan. begitupun aku kemarin yang terlunta-lunta mencarikan sekolah untuk anakku yang oh my god.. mahal2, ditengah akan memulai suatu pekerjaan baru, malah ambruk dan harus bedrest di RS seminggu. semua berantakan. kemudian, hanya pasrah. dan tangan Tuhan bekerja...
semoga lekas sembuh dan kuat ya mbak...

Boodeznee said...

Tuhan itu luar biasa ya Li. Nggak pernah terlambat pertolonganNya. You've done your best, and see... God is doing the rest khan.

Semoga papamu cepat sembuh ya.

Lia Marpaung said...

joyce, tella, hezra and desny, thanks for all the support and encouragement yaa....buat hezra, seneng dan surprised banget terima sms-mu whila 'am in singapore waiting for hubby's surgery...thanks alot, bu !

tella, kapan balik dari banjamasin ? lunch bareng yuuk ? titip peluk juga buat papahmu yaa....

joyce, thanks for sharing last few days ago...gue masih blm nelp finny niih....takut si non ngambek...hehehe...

desny, i used to have lunch out with jeng pontie...hope can do it again soon....ntar bareng yaaa ??? trus kapan nih mau kursus masaknya ??? hehehe