July 15, 2008

Visi Indonesia 2030 ?

Sebelum memasuki krisis tahun 1997 lalu, Jeffrey E. Garten, mantan penasihat bisnis Bill Clinton, berpendapat bahwa dengan berakhirnya perang dingin, runtuhnya pembagian dunia dari dua blok menjadi satu blok, blok pertumbuhan dan pembangunan ekonomi akan membentuk peta kekuatan baru dunia. Mereka adalah Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, dan negara-negara The Big Emerging Markets [BEMS], yaitu Indonesia, China, Korea Selatan, India, Turki, Meksiko, Brasil, Argentina, Polandia dan Afrika Selatan. Yaap....Indonesia !!! Lebih jauh Garten juga mengatakan bahwa ke 10 negara BEMS ini nantinya akan mengubah peta politik dan ekonomi global. Waahhh....bangga kan ada nama Indonesia disebut ???

Sepuluh tahun kemudian setelah 'ramalan' Garten, tepatnya pada tahun 2007 lalu, Yayasan Indonesia Forum yang dipimpin oleh Chairul Tanjung merumuskan Visi Indonesia 2030, yaitu menjadi bangsa yang terkemuka. Lembaga ini memprediksi bahwa Indonesia akan menjadi negara maju yang unggul dalam pengelolaan sumber daya alamnya dengan ditopang oleh empat pencapaian utama, yaitu peningkatan pendapatan perkapita pada 2030 mencapai 18,000 dolar AS pertahun, pengelolaan kekayaan alam yang berkelanjutan, perwujudan kualitas hidup modern yang merata, dan mengantarkan setidaknya 30 perusahaan Indonesia masuk dalam daftar "Fortune 500 Company".  Pertumbuhan ekonomi riil rata-rata diperkirakan sebesar 7,62 persen dengan laju inflasi 4,95 persen, dan pertumbuhan penduduk [hanya] sekitar 1,12 persen pertahun. Diprediksi pada tahun 2030, dengan jumlah penduduk sebesar 285 juta jiwa, PDB Indonesia akan mencapai 5,1 triliun dolar AS. Indonesia akan berada pada posisi kelima negara dengan ekonomi terbesar setelah China, India, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. 

Pertanyaannya: mungkinkah visi ini [masih] dapat tercapai ??? 

Yang kulihat saat ini  justru kondisi yang semakin mengenaskan. Alih-alih bangkit dari keterpurukan ekonomi dan serangan bencana alam yang bertubi-tubi, Indonesia malah semakin masuk ke jurang krisis terdalam. Sekalipun BLT telah dikucurkan untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM, ternyata tidak juga berhasil mengurangi angka kemiskinan. Bahkan baru-baru ini kepala BPS yang saya lupa namanya, justru mengatakan angka kemiskinan meningkat sebesar 2,3 persen pasca pembagian BLT. Hebat juga sang kepala BPS ini....saya khawatir pernyataan beliau ini akan membuat "posisi"nya terancam....tapi salut buat keberanian beliau menyampaikan fakta kepada publik ! Pengangguran nampaknya semakin sulit terkendali, dan biasanya pun akan diikuti oleh meningkatnya kriminalitas sekaligus lonjakan pertumbuhan penduduk.....paling tidak teori Gary Becker yang kupelajari juga menegaskan hal ini bahwa masyarakat yang kurang "mampu" secara ekonomi, akan lebih banyak meluangkan waktu untuk keluarga, dan memiliki lebih banyak anak ... Berbagai krisis satu demi satu mulai melanda negeri ini. Krisis integritas yang diwarnai oleh semakin merajalelanya korupsi yang dilakukan oleh para pejabat publik di semua level aparat kenegaraan [eksekutif, legislatif dan yudikatif]. Krisis berbagai pasokan kebutuhan 'dasar' masyarakat [kesehatan, pendidikan, perumahan, listrik, air, dsb]. Hingga krisis yang menimpa social capital bangsa ini, khususnya rasa saling percaya diantara sesama anggota masyarakat. Francis Fukuyama mengatakan rasa saling percaya adalah modal sosial yang paling diperlukan untuk membangun keunggulan dan memenangkan kompetisi global. Lihatlah kejayaan Amerika, yang pada kenyataannya dibangun bukan oleh etos individualisme yang banyak kita bayangkan selama ini, tetapi lebih pada keeratan [cohesiveness] ikatan kewargaan [civil association] pada kekuatan komunitasnya. Bagaimana dengan Indonesia ? Cobalah kaitkan dengan berbagai incident kekerasan yang dilakukan oleh sesama anggota masyarakat belakangan ini. Adakah terlihat kebersamaan dan rasa saling percaya ? 

Ditengah hiruk-pikuk perayaan 100 tahun Kebangkitan Nasional yang ramai-ramai diselenggarakan oleh berbagai lapisan masyarakat, pertanyaan penting sekaligus tantangan bagi kita semua saat ini, masih bisakah kita kembali "bangkit" dari semua keterpurukan ini ???
 

No comments: