December 1, 2008

Mimpiku Jadi Tentara Buatku Jadi Pecandu

Celebrating today World AIDS Day, below is a story from a man living with AIDS. He was a drug user for more than 14 years. He was twice close to death because of its drug over-dose, till one day...his life was changed....when he finally met his truly Healer....healed him from nobody to someone who have a purpose in life....He is now become an evangelist and dedicated his life to help and serve those who were abandon and rejected by their family and society, thru his Yayasan Pembaruan, located in Cisarua, West Java. 

Below is his story as I quoted from this website. His story was shown on Sept 10th, 2008 on Solusi Life at O'Channel TV Station, and will re-broadcast today at 00.30 a.m at SCTV, another story of his life and his Yayasan Pembaruan will be broadcast tomorrow at O'Channel at 8 p.m. 

Today, on this World AIDS celebration, together with his team he prefers to celebrate it by doing his evangelism work at a Ferry  sailing from Merak to Bangkauni, Lampung. 

I know his story very well. Because he is my older brother. His name is Hotmauli Marpaung, or Ully, as I used to call him since childhood. I am proud on him, and I love him ! 

*********
Mimpiku Jadi Tentara, Buatku Jadi Pecandu

Saya bernama Hotmauli Marpaung, dan saya telah divonis dokter mengidap HIV + dan AIDS.

Idola saya adalah ayah saya sendiri, dia seorang tentara yang sangat saya kagumi. Cita-cita saya semenjak kecil adalah menjadi seperti ayah saya, seorang tentara. Dulu setiap kali ayah membersihkan senjatanya, saya selalu memperhatikan, dan begitu ingin menjadi seperti dia. Namun semua harapan dan mimpi-mimpi saya tak pernah terwujud, hal itulah yang membawa saya kepada jerat narkoba.

Penglihatan saya mengalami gangguan, hal ini diketahui sewaktu saya SMA. Saya tidak pernah mau memakai kaca mata karena saya ingin sembuh. Namun harapan itu tidak pernah terjadi. Karena saya tahu, jika penglihatan saya tidak jelas sudah pasti saya tidak bisa menjadi tentara akhirnya saya melampiaskan kekecewaan dan rasa frustrasi dengan mengkonsumsi narkoba.

Namun setiap kali saya melihat sosok tentara dijalan, dalam imajinasi saya selalu terbayang tentang diri saya yang menjadi tentara yang pergi bertempur. Lalu bagaimana saya memenangkan pertempuran. Pada saat imajinasi seperti itu memenuhi pikiran saya, kemudian saya memakai putaw. Sudah berkali-kali saya ingin berhenti dari kecanduan ini, namun saya selalu gagal karena saya tak pernah bisa mengatasi rasa kecewa yang selalu muncul kembali.

Ketika ayah saya mengetahui bahwa anaknya memakai barang-barang haram itu, dia sangat sedih. Namun hal itupun tak bisa menghentikan kecanduan saya pada narkoba. Bahkan dengan jahatnya, saya mengelabuhi ayah untuk menuruti keinginan saya membeli putaw.

Saya bilang pada ayah, “saya benar-benar ingin berhenti pak. Tapi saya punya keinginan untuk membeli barang itu pak. Saya cuma ingin merasakan beli barang itu pak.”

“Kamu bohong sama bapak,”jawab ayah.

“Bener pak, kalau bapak ngga percaya, bapak yang anterin saya kesana. Dan begitu saya beli barang itu, saya langung kasih ke bapak.”

Karena keinginan ayah yang begitu besar supaya saya lepas dari kecanduan itu, ayah bersedia mengantarkan saya ke bandar narkoba untuk membeli barang haram itu. Saya meminta ayah untuk menunggu dimobil saat saya melakukan transaksi dengan bandar itu. Dan ketika saya kembali kemobil, saya berikan barang itu kepada ayah untuk meyakinkannya. Namun ada satu hal yang tidak diketahui oleh ayah saya, barang yang ada ditangannya itu adalah barang palsu yang sudah saya persiapkan sebelumnya di rumah. Sedangkan barang yang asli ada disaku celana saya, dan begitu pulang dan berada dikamar langsung saya pakai.

Saya berhasil mengelabuhi ayah dengan cara itu selama beberapa waktu. Namun akhirnya ayah saya tidak mau mengantarkan saya lagi membeli barang itu. Pada saat itu saya mengancam ayah saya, jika tidak mau menuruti keinginan saya maka mereka semua akan menderita, dengan maksud bahwa saya akan menjadi pencandu yang semakin parah.

Ayah saya sering saya sakiti, barang-barangnya sering saya jual untuk membeli narkoba. Selain itu juga saya sering menipu dan membohongi ayah saya. Tidak berhenti disana, adik saya pun harus menderita bahkan pernah saya pukul supaya saya bisa mendapatkan apa yang saya mau. Disana saya sadar saya telah gagal menjadi seorang abang yang harusnya melindungi dan mengasihi ayah saya, namun saya tak bisa lepas dari kecanduan ini.

Hingga suatu malam, saya merasa ada sesuatu yang aneh dirumah saya. Akhirnya saya memutuskan untuk menginap dirumah saya. Namun entah bagaimana, hal itu diketahui oleh ayah. Saya diambil paksa oleh ayah dengan dibantu beberapa orang pria.

Saat itu saya berteriak-teriak pada ayah,”Saya mau dibawa kemana ini pak? Tolonglah, saya jangan dibawa pak…!”

“Ya udahlah li.. kau ikut saja.. baik-baiklah kau disana…” kata ayah saya sambil menangis.

Itulah cerita bagaimana akhirnya saya bisa berada dipanti rehabilitasi. Saya ditaruh disebuah ruang isolasi, dan sebuah rasa takut muncul dalam pikiran saya,”Apakah ini cara keluarga saya untuk membuang diri saya?”

Dari ruang isolasi saya dipindahkan keruang pembinaan, dan tidak ada kegiatan yang bisa saya lakukan selain membaca, jadi saya membaca Alkitab. Pada waktu pertama kali tidak ada sesuatu yang istimewa yang saya dapat dari firman Tuhan. Namun setelah beberapa hari, timbul dalam hati saya pertanyaan,”Apakah benar, fiman ini adalah firman yang hidup? Apakah benar segala perkara bisa saya tanggung didalam Dia? Pada waktu saya sakau, dan saya berteriak, apakah benar saya bisa mengandalkan Tuhan? Saya ingin mencoba itu, kalau memang benar kalau Dia adalah jawaban bagi hidup saya.”

Hal itulah akhirnya yang membuat saya memegang firman Tuhan yang saya baca dalam menghadapi saat-saat sakau. Hingga suatu kali saat rasa sakit karena sakau itu menyerang, saya hanya bisa menyanyikan lagu ini,”Ajaiblah Tuhan, penuh kuasa. Sangup pulihkan keadaaan ku.” Tiba-tiba saya merasakan sesuatu yang hangat mengalir pada tubuh saya. Disitu kesadaran akan dosa muncul dalam hati saya. Saya berdoa meminta ampun kepada Tuhan atas apa yang telah saya buat, dan saya merasa Tuhan itu begitu baik, karena hingga saat ini saya masih hidup. Selesai saya berdoa, saya merasa rasa sakit pada tubuh saya hilang. Pada saat itu saya sadar bahwa Tuhan itu begitu nyata.

Mulai hari itu, saya mulai mencari Tuhan sungguh-sungguh. Saya mau makan firman Tuhan itu dan tetap mau tinggal didalam Kristus. Secara tidak sadar, melalui firman Tuhan yang masuk dalam hidup saya, saya dibebaskan dari keterikatan pada narkoba. Kehidupan saya yang hancur dipulihkan, demikian juga dengan hubungan saya dengan keluarga. Kini saya bebas dari ketergantungan pada narkoba yang telah mengikat saya selama 14 tahun.

Walaupun saya divonis mengidap HIV + bahkan AIDS, saya dapat menerimanya karena kasih Tuhan yang memampukan saya. Tuhan Yesus adalah segalanya bagi saya, karena Dia adalah jawaban bagi hidup saya. 

3 comments:

Anonymous said...

Mujizat Tuhan itu Nyata.

goresan pena said...

hummmp....nyesek baca nya bu...saya terharu..
is it true, your big brother?
semoga...semoga semua yang membaca dan melihat tayangannya pun terketuk hatinya....

betapa mukjizat Tuhan dimana-mana....
sampaikan salam saya mbak...

Lia Marpaung said...

yup, hesra. He is my own older brother as mentioned. we are proud of him and what he is doing now for other.

"bukan berapa lama seseorang hidup, tetapi yang terpenting bagaimana kualitas hidupnya, terutama dalam membawa berkat bagi sekitarnya..."