August 6, 2008

Sehat itu sulit di Indonesia !


Sebagaimana dikutip dari Gatra edisi 33 tahun 2008, Prof. Djoko Rahardjo, ahli urologi pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan bahwa Singapura sebenarnya tidak lebih maju dari Indonesia dalam bidang medik. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa Singapura sesungguhnya tidak memiliki produk kesehatan yang patut dibanggakan. Dan menekankah bahwa kelebihan Singapura hanyalah pada sisi service semata. 

Namun demikian dari yang kami rasakan sewaktu berobat di negeri Singa tersebut, justru mereka sangat mengutamakan pelayanan secara maksimal kepada pasien. Dan justru kita lebih mudah mengakses berbagai produk kesehatan di negeri tersebut, bahkan dengan harga yang relatif lebih murah dan tehnologi yang sudah dapat dipastikan lebih terkini. Selain dari itu bukankah memang pelayanan / service kesehatan yang baiklah yang memang sesungguhnya diharapkan oleh pasien dan keluarganya ? Bahkan seringkali demi mendapatkan kepuasan pelayanan yang bermutu, banyak orang Indonesia yang kemudian "lari" berobat ke negeri tetangga ini. Sekedar berbagi pengalaman, saya sangat terkesan  dengan bagaimana cara tim dokter dari Camden Medical Hospital, yang merupakan salah satu rumah sakit swasta yang berada di Singapura, dalam memberikan pelayanan kepada suami saya di pertengahan bulan Juli lalu. Dokter bedah yang menangani operasi suami saya secara khusus meluangkan waktu menemani suami saya saat dia terbangun dan mengalami sedikit shock pasca operasi. Dr Gerald Chua tidak segan-segan meluangkan waktunya dengan secara langsung mencoba menenangkan suami saya. Bahkan mengajaknya bercakap-cakap tentang hal yang disenangi sehingga dapat membuat suami saya lebih rileks. Begitu juga saat kami berkonsultasi seputar penyakit yang diderita suami saya. Beliau tetap sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan kami yang cukup panjang. Saat berobat di rumah sakit ini pun, kami tidak perlu menghabiskan waktu berhari-hari untuk berkonsultasi. Pemeriksaan medis secara lengkap dilakukan di hari pertama. Penjelasan panjang-lebar mengenai tindakan dan resiko diberitahukan setelahnya. Dan pada hari kedua kami sudah tahu apa yang harus kami lakukan. Sungguh sangat efisien dan tentunya juga sangat membantu dalam menekan biaya. 

Tidak seperti kebanyakan rumah sakit di Indonesia [paling tidak pengalaman kami saat berobat di Jakarta Eye Center, seringkali kami harus bolak-balik berkunjung namun tetap tidak mendapat kejelasan dari apa yang diderita dan bagaimana cara penanggulangannya yang tepat. Hal ini tentu saja mengakibatkan semakin bengkaknya biaya yang memang tidak murah. Lazim diketahui bahwa biaya berobat di Indonesia sangat mahal. Dan itupun seringkali masih harus mengalami apa yang disebut "mal-praktek". Belum lagi kebanyakan dokter di Indonesia, sekalipun mungkin benar memiliki jam terbang yang "tinggi" di negeri dengan populasi penduduk melimpah ini, namun "minim" dalam kesungguhan memberikan pelayanan dan perhatian terhadap pasien. Justru "jam terbang" yang tinggi menjadi kelemahan para dokter di Indonesia, dimana mereka seperti selalu terburu-buru dalam melayani pasien. Ini mungkin karena mereka harus mengejar "setoran" di rumah sakit lain. Hal yang sangat biasa bagi dokter di Indonesia untuk berpraktek di banyak tempat. Kalau sudah begini, tentu saja yang rugi adalah customer atau pasiennya. Kita seperti diburu-buru untuk berkonsultasi dengan para dokter, dan seringkali justru kita yang sudah membayar jasa mereka, menjadi tidak enak hati bila harus menyita waktu mereka dengan pertanyaan kita yang awam ini. 

Maka tidak heran bila demi kepuasan dalam mendapatkan pelayanan yang lebih layak, banyak orang Indonesia [baik yang memang kaya ataupun yang "terpaksa" harus mencari alternatif pengobatan yang lebih baik] kemudian memilih untuk berobat di Singapura. General Manager National HealthCare Group, Kamaljeet Singh Gill mengatakan bahwa pasien asing terbanyak berasal dari Indonesia. Di jaringan RS National HealthCare Group, yang merupakan salah satu jaringan rumah sakit pemerintah, pasien Indonesia tercatat 11,000 orang dari 373,000 pasien asing pada tahun 2005. Negara lain yang juga tercatat mengirim pasien ke rumah-rumah sakit Singapura adalah Pakistan, Bangladesh, India, Filipina dan bahkan juga ada yang datang dari belahan Eropa. 

Sekedar usulan saya agar para [calon] dokter di Indonesia, selain mempelajari ilmu medik dan pelayanan publik, juga sebaiknya mempelajari ilmu komunikasi. Karena paling tidak dengan kecakapan komunikasi yang baik akan mampu menunjang tugasnya selaku seorang dokter untuk dapat berhubungan dengan baik dan manusiawi dengan pasiennya. Kalau memang merasa tidak punya "bedside manner" untuk berhubungan dengan pasien, mungkin sebaiknya menjadi dokter forensik,  radiologi atau anastesi barangkali ??? :) 

Selain dari itu untuk pihak pemerintah Indonesia, melihat begitu banyaknya orang Indonesia yang mencari pengobatan ke negara tetangga, bayangkan saja berapa devisa yang mereka keluarkan yang secara ekonomi tentunya merugikan current-account Indonesia, maka sebaiknya mulai memikirkan untuk melakukan pembenahan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas sekaligus terjangkau bagi masyarakat. Sampai saat ini pemerintah juga masih mengenakan pajak bea import atas alat-alat kedokteran dan obat tetap, sehingga hal ini membuat semakin mahalnya biaya kesehatan di Indonesia, selain itu juga masih ada praktek-praktek pungli dimana alat-alat kesehatan tersebut terpaksa harus dibeli dari pihak ketiga, sehingga menambah lebih mahal lagi cost yang harus dikeluarkan. 

Nach, ruwet kan dinamika perjalanan harga kesehatan di Indonesia ??? Untuk sehat, memang tidak murah !!! Apalagi di Indonesia !!! Ohhh....negeriku !!! 

2 comments:

Bambang Saswanda Harahap said...

lagi-lagi ada keanehan
patutkah lagi indonesia disebut bangsa?
kesehatan,pendidikan, keadilan, >>>>??????????????
negara dengan penduduk konsumtif, mobil mewah paling banyak ehh orang miskin juga tidak langka..

Lia Marpaung said...

hi "timur matahari", memang masih banyak yg harus dibenahi oleh penduduk negeri ini....yg kita butuhkan sesungguhnya adalah kekompakan dari kita semua, yang didasarkan oleh keinginan bersama untuk sungguh2 membangun dan memperbaiki "kerusakan" yang telah lama terjadi di negeri ini....

semoga cahaya matahari yang melimpah di negeri ini dapat membawa harapan akan kehidupan yang lebih baik.....