September 23, 2010

Pintu Masuk Negeriku !

[Bandara Udara International Suvarnabhumi, Bangkok, Thailand]

[Penumpang mengantri taksi dengan nyaman & aman]

[Kualitas layanan di Imigrasi: Cepat, Aman, & Nyaman]

Jika anda sering melakukan perjalanan udara, maka anda pasti pernah merasakan kekecewaan sekaligus kekesalan sebagaimana yang saya rasakan, yakni terkait kualitas pelayanan di Bandara Udara International Soekarno-Hatta (Soeta), Jakarta.

Bandara udara ataupun pelabuhan suatu negara sesungguhnya adalah gerbang pertama bagaimana kita memperkenalkan kondisi "dalam negeri" kita kepada orang luar. Image kita kepada dunia international. Sehingga selayaknya lah kita sungguh memperhatikan "gerbang pertama" ini, baik secara kualitas maupun estetika.

Namun apa yang terjadi di Bandara Soetta, kebanggaan Indonesia ???

Sudah menjadi rahasia umum (atau fakta umum) bahwa dari sisi pelayanan, kebersihan, keamanan, dan kenyamanan nyatanya tidak pantas menyandang predikat "international". Cobalah lihat pemandangan di Terminal Satu tujuan domestik, tidak ubahnya seperti pemandangan di terminal bis Pulo Gadung ! Atau hampir sama dengan pemandangan di pasar yang semrawut ! Bahkan lebih rapi pemandangan di pasar tradisional modern di BSD ! Antrian panjang penumpang dan barang yang tanpa penyelesaian, terus saja berulang meski telah berulang kali menerima cacian serta keluh kesah penumpang, baik yang disampaikan langsung maupun via ruang media.

Belum lagi soal kebersihan "toilet", banyaknya pedagang asongan yang lalu-lalang, ojek motor, taksi gelap, dan calo tiket yang turut meramaikan bandara, padahal seharusnya dapat dikelola atau disterilkan demi kenyamanan penumpang.

Jangankan pelayanan di terminal domestik, bahkan di terminal international pun hal yang sama dapat kita temui. Dalam beberapa perjalanan sekembali dari perjalanan luar negeri, seringkali saya melihat dan mendengar cacian para tamu asing yang datang ke Indonesia. Panjang dan lamanya antrian di imigrasi, kebersihan toilet, hingga pelayanan kendaraan umum seperti taksi dan bis bandara yang semrawut dan saling "sodok" sehingga membingungkan para tamu asing tersebut. Semua ini seakan menambah citra buruk tentang Indonesia yang katanya memiliki negeri yang cantik dan masyarakatnya yang ramah, yang sayangnya tidak dibarengi dengan kualitas pelayanan !

Dimana salahnya ?

Sudah saatnya pemerintah negeri ini membenahi kesemrawutan di Bandara Soeta. Selain memperbaiki kualitas pelayanan, juga harus ditunjang oleh sarana pendukung. Sesungguhnya Bandara Soeta, yang kini mempunyai tiga terminal memiliki daya tampung 22 juta penumpang pertahun, padahal kenyataannya jumlah penumpang yang menjejakkan kaki di Bandara Cengkareng ini setiap tahunnya bisa mencapai 38 juta orang, atau, hampir dua kali lipat dari daya tampung sebenarnya.

Oleh sebab itu selama masalah daya tampung tak terselesaikan, hal yang sama rasanya akan terus terjadi. Bandara international seharusnya dilengkapi dengan fasilitas memadai dan akses transportasi mudah serta nyaman. Sekali lagi, bandara adalah pintu masuk suatu negara dan tentunya harus dijaga dan dirawat kebersihan, keamanan, dan kenyamanannya.

Jadi, mana yang harus diprioritaskan lebih dahulu, membangun ulang gedung DPR yang super mewah itu, atau kah, Bandara Soeta ???

No comments: