April 22, 2009

Gadis Modern

Seabad silam yang lalu, Raden Ajeng Kartini, seorang perempuan keturunan ningrat berdarah jawa, telah menyadari bahwa pendidikan adalah pilar utama pembangunan suatu bangsa. Pendidikan adalah kata kunci, bila ingin maju terlepas dari kebodohan dan kemiskinan. 

Sayangnya, bahkan hingga hari ini, masih banyak anak negeri ini yang masih belum terjamah oleh pendidikan yang layak dan berkualitas. Terlebih bagi kaum perempuan. Diskriminasi yang masih terus dialami perempuan menyebabkan perempuan berpeluang lebih kecil untuk bersekolah dan meraih pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi.

Pada peringatan hari Kartini setahun yang lalu, aku menulis tentang pentingnya kita berinvestasi terhadap perempuan, melalui tulisan berjudul "R.A. Kartini and A Better Healthcare Service". The key message is: invest on woman ! Karena jika perempuannya maju dan berdaya untuk hidup seutuhnya dan produktif, maka dapat dipastikan anak dan keluarga akan sejahtera. Pada akhirnya akan berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas, dan menciptakan kemajuan bangsa. 

So next, what will you do, or how will you contribute for this ? [this is for women only :P] 

Jika anda seorang perempuan, maka jangan pernah merasa terpuaskan dengan sekedar lulus SMA. Sekedar tamatan sarjana. Selagi masih diberi kemampuan dan kemauan, jangan pernah berhenti belajar ! Tidak harus melalui sekolah formal, sekarang ini ada banyak cara lain untuk belajar. Mulai dari rajin membaca koran dan buku-buku pengetahuan yang bermanfaat [tidak sekedar majalah perempuan, novel dan chicklit], belajar via internet atau blogwalking dimana kita bisa terhibur atas bacaan tersebut tetapi juga sekaligus mendapat informasi-informasi terbaru tentang berbagai hal dan bukan sekedar membaca luapan curhat-an si blogger, atau rajin bertanya dan berdiskusi dengan orang-orang pintar disekeliling kita. Atau sekarang ini ada cukup banyak kelompok-kelompok diskusi, yang mendiskusikan berbagai topik mulai dari yang ringan hingga berat. Cobalah bergabung, selain mendapat teman baru, kita juga dapat mengasah daya analisa kita sekalian belajar berbagai hal baru lainnya. Dan jangan lupa untuk membagi apa yang telah anda pelajari kepada orang lain. Jangan pelit dengan ilmu. Karena kalau tidak, percuma saja kita sekolah tinggi-tinggi, kalau hanya untuk dinikmati sendiri. Bagilah ilmu anda, mungkin dengan si "mbak wati" dirumah, atau si ibu warung tempat biasa kita beli telur, atau siapapun yang mau mendengar anda. Tidak usah khawatir dibilang "sok tau", kalau memang kita tahu :) 

Dan jika anda diberi berkat berlebih, cobalah untuk belajar membagi berkat itu, khususnya bagi anak-anak kurang mampu yang membutuhkan dukungan agar mereka bisa tetap bersekolah. Kalau tidak tahu bagaimana harus menyalurkannya, sekarang ini ada banyak organisasi amal yang dapat menjadi "calo". Tetapi jangan lupa untuk memilih "calo" terbaik, yang memang jujur ingin membantu, bukan menipu atas nama "amal".  Bertahun lalu saya berkomitmen untuk belajar disiplin dalam memberikan sebagian dari pendapatan saya untuk membantu anak-anak perempuan dari keluarga tidak mampu, agar mereka dapat melanjutkan dan menyelesaikan sekolahnya. Tidak hanya sekedar lulus sekolah dasar, tetapi bila dimungkinkan bahkan hingga jenjang sekolah tinggi. Saat ini saya cukup puas diberi kesempatan dapat menjadi orangtua asuh bagi beberapa puluh anak di Aceh dan Salatiga. Dan saya bersyukur, saat telah menikah, ternyata suami saya tidak berkeberatan dan bahkan turut mendukung saya. Sekalipun bantuan ini mungkin terlihat kecil bila dibandingkan bantuan sosial seorang "Syech Pudji", tetapi paling tidak saya belajar untuk dapat berperan serta dalam memajukan dan berinvestasi, khususnya untuk pendidikan anak perempuan.  Saya percaya jika ada niat yang tulus untuk membantu, maka sekalipun nilainya mungkin terlihat kecil, tetapi akan menjadi besar oleh karena ketulusan tersebut. Just do our part, and let God do the rest, demikian aku senantiasa mengingat apa yang teman bloggerku, Desny, pernah berbagi padaku. 

Teringat saya dengan salah satu surat Kartini untuk sahabatnya Stella yang ditulisnya pada 25 Mei 1899. Demikian bunyinya : 

"Aku ingin sekali berkenalan dengan seorang 'gadis modern', yang berani dan mandiri, yang menarik hatiku sepenuhnya. Yang menempuh jalan hidupnya dengan langkah cepat, tegap, riang gembira, penuh semangat serta tekun. Gadis yang selalu bekerja tidak hanya untuk kepentingan dan kebahagiaan dirinya sendiri saja, tetapi juga berjuang untuk masyarakat luas, bekerja demi kebahagiaan banyak sesama manusia". 

Aku ingin menjadi si "gadis modern" yang dirindukan Kartini. Semoga ! Dan aku pun rindu melihat banyak "gadis modern" lainnya, berjalan bersamaku, membangun negeri ini, berbuat sesuatu untuk kemajuan negeri ini. Dan aku pun rindu ingin membantu "gadis-gadis kecil" lainnya agar dapat menjadi si "gadis modern" sebagaimana yang Kartini dan aku rindukan. 

Selamat Hari Kartini. Majulah Perempuan Indonesia ! 

7 comments:

Mr Bien said...

Perjuangan yang Mulia,kiranya Tuhan memberkatimu Ito Lia

Arief Firhanusa said...

Satu hal yang membuat saya merasa lega, Lia tak menulis satupun kata WANITA di teksnya, tetapi PEREMPUAN

Kalau ada perempuan komplain lantaran ia merasa tak dihargai gara-gara ia disebut/dipanggil "perempuan", maka secara tak langsung ia melemahkan derajat dirinya sendiri. "Wanita" itu, menurut saya, identik dengan lemah dan tempatnya selalu berada di belakang.

Lia Marpaung said...

Mr. Bien: terimakasih atas doa dan dukungannya, ito nainggolan, semoga Tuhan memberkati perempuan Indonesia.

mas Arief: kalau masih pakai kata "wanita", aku khawatir ntar dicomplaint teman2 aktivis perempuan...hehehe...karena katanya, arti wanita menurut pandangan jawa kuno itu :wanita = wani di toto [bisa diatur]. sementara kalau kata per-empu-an, lebih menunjukkan ke-empu-an dan kemandirian perempuan sebagai pribadi. begitu juga sekarang menghindari menyebut kata "janda", dan lebih memakai kata "pekka" atau perempuan kepala keluarga.

Tapi lebih dari sekedar pemilihan kata wanita atau perempuan, yang terpenting adalah bagaimana kita memiliki pandangan atau gambaran mengenai ciptaan Tuhan yang katanya paling sexi dan cantik ini...hehehe... dan buat perempuan itu sendiri, bagaimana ia ingin memposisikan dirinya, sebagai perempuan yang lemah, rentan dan puas menjadi sekedar objek, atau memposisikan dirinya sebagai subjek, yang punya rasa, keinginan dan dapat mewujutkannya dalam kemandirian.

goresan pena said...

haha, tulisan ini seperti menyentil saya, yang mungkin lebih banyak ber-curhat2 ria di blog..haha..

dan, mengenai perempuan modern..
entahlah mbak.. saya tidak terlalu mengagumi kartini. memang, ia lebih populer dibanding pahlawan2 wanita lainnya. menurut saya, itulah kelebihan yang dimiliki kartini, yaitu adanya pendokumentasian. kata-kata menjadi sangat hebat dan mampu mengukir sejarah. tapi, saya masih lebih mengagumi perempuan2 seperti Christina Martha, Cut Nyak Dien, dll yang lebih praktis dengan angkat senjata.. saat perlawanan dulu.

tapi begini, masih inget nggak mbak, saya pernah menulis mengenai perempuan dan pencitraan dirinya?
saya kadang miris, melihat bahkan membandingkan antara pekerjaan dan status seorang ibu bakul jamu, dengan seorang pegawai (taruhlah yang rendahan sekalipun), mengapa masyarakat jauh lebih menghargai yang pegawai? mengapa derajatnya lebih tinggi?

di tulisan ini, saya mendapat secercah jawaban, memang, pekerjaan menggunakan akal, pemikiran jauh lebih 'didengar' ketimbang sekedar tenaga yah?

haha, saya nulis apa coba mbak? nggak nyambung yah..? :)

Lia Marpaung said...

hi hezra, waduuh...aku ga bermaksud menyentil kok hehehe kalau blog itu kan hak pribadi si penulis, mau dijadikan keranjang curhat, rumah kritisi, sarang provokator, dsb...sah2 saja asal si penulis siap mempertanggungjawabkan apa yang ditulisnya. dan siapa bilang, dari tulisan bersifat curhat, kita tidak bisa mempelajari this life lesson ? contohnya, dari puisi2 hesra, lia juga bisa mendapat banyak teguran dan pelajaran...:)

soal kartini, pada masa-nya, dia membuat suatu perubahan, pada jaman itu tidak banyak perempuan yang perduli pada pendidikan. tidak merasa haus untuk belajar, tidak merasa penting untuk mengajar. saya sendiri kagum pada beliau karena pemikirannya dan cara pandangnya, yg pastinya jauh berbeda dibanding perempuan lain pada masa itu. sebagai seorang putri keraton, kartini merasa perlu membuka sekolah dan menjadi guru bagi gadis2 lain...berbeda dengan pejuang perempuan lain yang berani mengangkat senjata, kartini beranggapan bahwa pendidikan adalah salah satu kunci yang dapat membuat perempuan lebih bermartabat, dan membuat negara menjadi lebih sejahtera.

namun demikian, tentunya saya juga menganggumi pejuang perempuan lain seperti christina martha, dsb. pada masa mereka, barangkali lebih dibutuhkan seseorang yang memiliki keberanian untuk mengangkat senjata dan bahkan mengorbankan nyawa, demi sebuah kemerdekaan...

last, i admired every sacrifices that women did ! di blog ini, saya pernah menulis dan upload photo beberapa ibu tua yang saya temui dalam perjalanan2 saya ke beberapa daerah...bahkan saya menganggumi seorang ibu tua yang saya temui saat menyusuri hutan di papua, setiap hari melintasi hutan mencari kayu demi memberi kehangatan untuk keluarganya. bagi saya, dia juga seorang pahlawan. dan bagi setiap perempuan yang pernah melahirkan, saya teramat menganggumi mereka...atas keberanian mereka melahirkan anak manusia lain dan mempertaruhkan bahkan nyawa mereka....dan khusus yg satu ini, bahkan hingga hari ini, seorang Lia, belum memiliki keberanian untuk hamil, melahirkan seorang anak dan menjadi ibu...

woman, you are just an amazing creature !!!

Riana Puspasari said...

Senangnya ku bisa berkenalan dengan gadis modern itu: kamu.

Lia Marpaung said...

and u, mbak riana....as you are our inspirator....:) mbak, don't forget to "invite" me in to your home yaa....:)