May 12, 2008

Kemiskinan dan Kesejahteraan

[Perempuan yang sejahtera, maka keluarganya-pun akan sejahtera]

Ini mengenai kemiskinan dan kesejahteraan. Dua hal penting yang saat ini diperjuangkan oleh banyak orang Indonesia. Untuk lepas dari kemiskinan. Dan meraih kesejahteraan. Kesejahteraan tidak dapat dimiliki bila kita miskin. Namun sebaliknya, sekalipun kita tidak miskin belum tentu kita dapat meraih kesejahteraan. 

Sesungguhnya ukuran kesejahteraan itu lebih kompleks dari kemiskinan. Kalau menurut BPS, kesejahteraan diukur bila kita mampu memenuhi kebutuhan fisik [sandang-pangan-papan], psikologis, sosial dan kerohanian. Dikatakan orang yang sejahtera bila saat sakit, ia mampu berobat ke dokter. Bila ia dapat menjalankan ibadah [agama/keyakinan] dengan baik/teratur. Bila dapat dengan mudah mengakses makanan bergizi. Jadi, ketidaksejahteraan dapat terjadi karena alasan ekonomi atau non-ekonomi. 

Bagaimana kesejahteraan dapat diraih? 

Yakni jika kita dapat mengakses pangan, tempat tinggal, pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kesehatan, dsb. Salah satu indikator kesejahteraan yang juga paling penting adalah kesehatan dan pendidikan [basic services]. Secara makro, indikator kesejahteraan terkait layanan kesehatan dicerminkan oleh angka kematian bayi, angka harapan hidup, dan angka kematian ibu melahirkan. Sayangnya, kondisi negeri ini dilihat dari berbagai indikator tersebuh masih menunjukkan angka yang menyedihkan. Angka kematian baik bayi maupun ibu di negeri ini masih tergolong [sangat] tinggi. Angka harapan hidup kita saat ini juga masih pada angka 66. Kalah dibandingkan negara tetangga seperti Singapore, Thailand, bahkan Vietnam. 

Pendidikan dan kesehatan adalah elemen penting dari sumber pertumbuhan ekonomi jangka panjang, terutama bagi keluarga miskin. Tanpa pendidikan, tidak mungkin keluarga Indonesia, apalagi keluarga miskin, dapat bersaing dalam era pasar global. Itu sebabnya pendidikan menjadi kunci penting guna mengatasi kemiskinan dan ketidaksejahteraan. Masyarakat yang terdidik berpeluang meraih pekerjaan yang lebih baik sehingga dapat terhindar dari [jerat] kemiskinan. Kemiskinan di Indonesia selama ini sulit terpecahkan, karena kita masih kurang perduli terhadap masalah pendidikan. Padahal melalui pendidikan bangsa ini mampu melepaskan diri dari kebodohan, melek huruf, cerdas, kreatif, dan mampu bersaing dengan tenaga kerja dari mancanegara. 

Singkatnya, terbebas dari kemiskinan dan ketidaksejahteraan adalah suatu langkah menuju pintu kebahagiaan. Yaitu tercapainya suatu keadaan tenteram, aman, terbebas dari segala hal yang menyusahkan. Sekali lagi menurut saya, bebas dari kemiskinan adalah salah satu syarat untuk mencapai kebahagiaan. Bagi orang kaya, mungkin saja kepemilikan harta bukan jaminan untuk meraih kebahagiaan. Namun bagi orang miskin, mendapatkan penghasilan yang layak adalah salah satu penentu kebahagiaan. Mungkin terkesan "materialistis", namun ini sekedar kenyataaan. Uang barangkali bukan segalanya, namun tanpa uang, segalanya menjadi bertambah sulit. 

Apa hubungannya dengan perempuan? 

Karena perempuan memiliki peran penting dalam membawa keluarga[nya] meraih kesejahteraan. Sekarang ini hal yang sangat biasa melihat perempuan bekerja. Dan juga melihat perempuan yang bekerja sambil melanjutkan sekolahnya....seperti saya misalnya...hehehe...

Banyak study yang juga menunjukkan bahwa perempuan yang bekerja memiliki kepuasaan hidup lebih tinggi dibanding yang tidak bekerja. Di banyak tempat, terutama dipedesaan, perempuan bekerja bukan lagi sekedar untuk menunjukkan eksistensi dirinya [seperti perempuan di wilayah perkotaan ? upss....], tetapi lebih agar kehidupan keluarganya menjadi lebih sejahtera. Hidup mereka menjadi lebih sejahtera bila telah memiliki rumah sendiri, anggota keluarganya tidak buta huruf serta mampu menyekolahkan anak. 

Diakhir tulisan ini, saya berpendapat bila negeri ini ingin bebas dari kemiskinan dan meraih kesejahteraan, maka terlebih dahulu, majukan perempuan-nya. Invest in Women ! And they will improved their family's welfare, and at the end, a nation's welfare ! 

2 comments:

Sapruddin Perwira said...

Bagus sekali pendapatnya Lia. Selamat ya

Lia Marpaung said...

makasih ya pak sap, lagi belajar pengen kaya' bapak nih. biar juga bisa bikin harum dusun lembak. ada putra daerah yang ngikutin pinternya pak sap, hehehe ...

pak sap bikin account di www.facebook.com dong. aku dah jarang buka friendster ni, masih di medan?