June 28, 2008
Dari Yogya....Mengenang Alm. Nenek...
Oleh-oleh dari Pasar Bringharjo
June 27, 2008
Encouraging Response From Grand Mercure Hotel in Yogyakarta
Following your comment and our conversation during your check out on June 24, 2008, I was quite disappointed to know about the problems associated with your recent stay with us. There is simply no excuse for the many and varied failures on our part. It appears that you did catch us at our worst, and for that I deeply apologize. We have taken note of your displeasure with the AC noise outside of your room as well as the poor assistance from our staff on this matter. Rest assured that I shared your comments with our department head concerned and immediate steps have been taken to ensure no further reoccurrence. I am sure you recognize that your most recent experience is not typical of our usual high level of service. It is a great disappointment to me whenever we fail, but it is of particular concern to let down a valued guest.
Thank you once again for your constructive comments. These will certainly enable us to improve the quality of our services to better meet the needs of our guests. If there is anything else we can do to make your next visit a more comfortable and happy one, please do not hesitate to contact me directly as I will be happy to extend you a room upgrade to the next category booked for your next visit.
Meanwhile, I remain at your disposal for any further information you may require.
Dodit Hapsoro
Jl. Jendral Sudirman No. 9 Yogyakarta 55223
Indonesia
June 24, 2008
What A Noisy at Grand Mercure Hotel in Yogyakarta !
June 22, 2008
IBU, Di Ujung Senja Harimu....
June 20, 2008
[Still about] Fear and Learn to Detach
June 19, 2008
Someone
June 14, 2008
Each Day Too Short ?
June 13, 2008
No Fear. No Surprise. No Hesitation. No Doubt.
Mop Papua [lageee....]
Ada pace satu dia jalan deng dia pu nenek. Waktu itu dia lagi makan pisang goreng sambil jalan. Kaget begini dia pu pisang goreng itu jatuh. Giliran dia mo ambil, dia pu nenek larang,
Nenek : “Eh... barang yang su kotor jangan diambil lagi”
Pace langsung sedih skali. Habis itu dia lanjutkan lagi jalan dengan nenek. Jalan terus, lewat di jembatan got. Karena nenek tidak bisa jalan dengan baik lagi, nenek jatuh ke got. Langsung nenek bilang,
Nenek : “Cucu... cepat ko angkat saya”
Cucu : “Ah tidak... sa tra mau!”
Nenek : “Kenapa ko tra mau tolong saya??”
Cucu : "Ah nenek... yang su kotor tra boleh diambil lagi..."
Nenek : "!!!????"
Pemberantasan Angka Buta Huruf di Papua
Pas ada pemberantasan buta huruf di Biak nich, baru dong bawa pa guru org Jawa baru badan kurus e, untuk ajar napi-napi Biak dorang.
Baru kam su tau to, orang Biak dong pu badan kan paling besar-besar. Trus waktu pertama belajar langsung pa guru bilang begini...
"Teman2 hari kita pelajaran Matematika..."
Pa Guru tanya, "4+4 berapa?"
Trus ada yang jawab 7,9, n 8 trus pa guru bilang dalam hati begini...
"kalu sa bilang 8 nanti yang jawab 7 dan 9 pukul saya..."
Karna dia takut dapat pukul langsung de bilang begini,
"Sebenarnya 8... tapi 7 juga bisa... 9 juga bisa..."
Obed Pu Dendam Matematika
Suatu hari di sekolah, Obed dapat tanya dari Pak Guru Matematika.
Guru: "Obed, bayangkan ko punya 10 permen, trus ko bagi ke ko pu teman Nico 3 dan ke Acong 5, berarti ko punya permen tinggal berapa?"
Obed: "Itu gampang pak guru, sa pu permen tetap 10 pak..."
Pak Guru: "Kenapa begitu? Ko hitung bagemana kah?"
Obed: "Soalnya, Nico dan Acong dong dua pernah sembunyi sa pu kaos kaki jadi jang harap sa mo bagi apa-apa ke dong dua... sorry ee..."
Pace Jual Daging
Pace Obed ko sakit kepala, jadi siang itu pace ko lagi tidur di kamar. Tra lama begini, ada tukang jual daging lewat. Dia teriak kuat-kuat. “Daginggggg sapiii!! Daginggg Sapiiiii!”
Makin ke dekat pace Obed pu rumah, suara makin kuat. “Daginggg sapiii!”
Pace Obed emosi, dia tra tahan deng penjual daging pu suara yang bikin dia pu kepala tambah pusing.Pace kasi keluar kepala dari jendela dan teriak penjual daging. “Hehhh... tra Bisa suara pelan kah??? Ko pu otakkkk kah tidak???"
Penjual daging langsung sambung:
”Aduhh, maaf pak, Otak sapinya sudah habis, yang ada tinggal daging dan hati sapi aja, bapa mau brapa kilo? “
Pace kasi keluar tangan yang pace kepal, “Ko mau ini???”
Penjual langsung kaburr!
Hapal Nomor PIN ATM
Obed dan dia pu teman rencana curi uang di Mesin ATM.Obed pu teman suruh Obed yang intip nomor PIN orang yang masuk di Kamar mesin ATM.Setelah intip cukup lama, Obed datang ke dia pu teman sambil senyum-senyum.
Obed pu teman:” Bagemana Obed, berhasil hapal dong pu nomor PIN kah?”
Obed:” Gampang skali, sa satu kali lihat langsung tau moo,”
Teman:” ah, yang betul, ko hebat skali… brapa nomor PIN nya?”
Obed:” Smua nomor PIN sama, pas ada orang masuk, sa perhatikan di Monitor, nomor PIN nya yang muncul tuh tanda Bintang 4 kali,”
Teman:” Goblok!!! Tanda Bintang di monitor tuh memang sudah begitu, yang harus ko lihat tuh nomor berapa yang dong tekan. Adooo Obed, ko parah skali,”
Nenek Manokwari Panggil Ojek
Ada seorang nenek asli Manokwari. Nenek tu berjalan menuju pasar Sanggeng, di tengah keramaian nenek tu brteriak memanggil ojek.
Nenek : "Ojek... ojek...!!"
Tak lama seorang ojek menghampirinya dan berkata
Ojek : " Ada apa nenek, ko perlu ojek kah??"
Nenek tersebut tersenyum padanya dan berkata,
Nenek : "Ah....hh tidak za cm mau apa ko saja jgn sampe ko bilang za sombong lagi!?"
Ojek : "Ternyata nenek ko mantan artisss ka ni.... he2..."
Serba Mahal
Obed datang ke dia pu bapa yang lagi asyik baca koran dan bilang.
Obed: “Bapa, sa lapar nih, bapa bikin Pisang Goreng kah?”
Pace: ” Jang minta pisang goreng, Minyak Goreng mahal!!”
Obed: “ Kalo begitu, pisang rebus saja,”
Pace: “ Rebus tra bisa, minyak tanah juga mahal,”
Obed: “ Bagemana kalo dibakar saja,”
Pace:” Pake kayu dari mana? Skarang yang tebang-tembang kayu sembarang tuh nanti dapat tangkap,”
Obed:” Kalo begitu sa mo makan pisang mentah saja!”
Pace: “ Jangan, nanti perut sakit, Obat mahal,”
Obed semakin emosi deng pace pu jawaban.
Obed:” Mahal..mahal..mahal... bapa kerja too, jang kerja baca koran terussss!!” Pace kejar Obed, Obed larii.
Pace Takut Suntik
PACE satu dia ke dokter di puskesmas mau berobat. Setelah diperiksa, dokter sarankan untuk suntik pace saja. Parahnya, pace nih paling takut suntik.
Pace: "Dokter, sa izin sebentar keluar dulu ee.."
Dokter su curiga, pasti pace mo pergi dan tra suntik. "Tra bisa, pace ! Ko harus suntik dulu, harus !!! Setelah itu baru ko bisa pergi,"
Pace: "Iyo sa tau, tapi sa pigi sebentar saja ke kios sebelah, nanti sa balik",
Akhirnya dokter mengalah. Untuk kasi hilang itu rasa takut suntik, pace ke kios dan beli wisky satu botol, trus pace minum sendiri. Maksudnya supaya pace agak berani, tapi parahnya, pace terlalu banyak minum jadi akhirnya pace mabuk berat.
Pace balik ke puskesmas dan banting pintu sambil ba-teriak:
"Sa mo tanya!! Siapa yang tadi mau suntik saya eee !! Hehhh......!!! Jawab !!! Siapa yang tadi jago-jago mo suntik saya eee ??!!"
Dokter, suster dan pasien smua takut dan kabur lewat pintu blakang...
Memberi Nama Anak Urep
Ada seorang mama yang baru saja melahirkan di RSU Sorong. Mama ini sudah pung anak tiga orang laki-laki semua. Jadi ingin sekali punya anak perempuan, supaya dapat "mas kawin" begitu.
Bidan : "Mama, ini anak sudah saya kasih bersih..."
Mama : "Laki-laki atau perempuan kah?" (tanya mama tara mo tengok ke anaknya).
Bidan : "Laki-laki Mama..."
Mama : "Ah... laki-laki lagi..." (dengan kecewa berat)
Bidan : "Lantas... kitong kasih nama dia siapa?"
Mama : "Kasih nama dia UREP saja... sebab dia pung bapa nama YAKOB."
Bidan : "??!!"
Bos Obed Pu Jas Terbakar
Obed nih seorang pembantu. suatu siang, dia telepon dia pu bos di kantor.
Obed:"Halo bos, ini saya Obed,"
Bos:"Oh, Obed, ada apa telepon?"
Obed:"Ah trada bos, sa cuma mo lapor skalian minta maaf, waktu sa setrika tadi, Bos pu jas terbakar,"
Bos yang keliatan sibuk jawab:"Sudahlah Obed, biar saja! tidak apa-apa, nanti saya beli yang baru,"
Obed:"Oh, Bos baik sekali, terima kasih,"
Bos:"Halo Obed, macam ramai sekali deng suara-suara di sebelah, ko ada dimanakah? ini ko telepon darimana?"
Obed:"Sa di wartel Bos,"
Bos:"Kenapa tra telepon dari rumah saja?"
Obed:"Tidak bisa Bos, masalahnya rumah juga ikut terbakar deng Bos pu jas yang saya lapor tadi tuh,"
Bos:"Haaa????"
Kali-Kali
Ada satu anak SD datang dari kampung di pegunungan Jayawijaya. Dia datang ke kota Jayapura untuk sekolah. Anak ini pu nama Anes Wenda. Pas pelajaran Matematika, ibu guru tanya dia:
"Anes, 4x4 berapa ?"
Karena tra tau, Anes diam saja.
Ibu guru tanya lagi, " 2x2 berapa?"
Anes tetap diam saja.
Trus ibu tanya lagi, "ko ini gimana,.... ya sudah kalau 3x3 berapa ? ko jawab kahh ...."
Anes akhirnya jawab " satu bu guru...."
"Salah !!!", Bu guru langsung jawab.
Anes langsung de jawab. "Aah ibu guru ini .... kalau ibu tanya kali-kali yang mengalir di sa pu kampung, sa tau...mulai dari kali diatas gunung sampai kali yang di hutan, smua sa tau. Tapi kalo ibu tanya kali-kali yang di kota, sa belum hapal. Jadi ibu tunggu sa hapal dulu eee...."
Ibu guru ... terdiam.
[Contributor: dr. Willy :)]
Mop Papua
June 9, 2008
Bagaikan Tuts Piano...
June 8, 2008
Christie Learns What Priority is...
June 7, 2008
L O V E
June 6, 2008
Bahasa Mata
June 5, 2008
Hang out with Positive People
Obama [not Osama]
Balada FPI
June 4, 2008
Meeting A Long-Lost Sister...
June 3, 2008
RS Tebet, Contoh Rumah Sakit Berbasis Manajemen Uang !
Pada tanggal 26 Mei 2008 lalu ayah saya di rawat di RS Tebet dengan gejala mengalami pembengkakan pada perut yang kemudian didiagnose telah mengalami penyumbatan prostat. Sebelumnya ayah saya yang berusia 70 tahun telah menjalani perawatan selama lebih dari 2 tahun dengan beberapa kali dirawat di RS Tebet dibawah penanganan Prof. Dr. Sb dikarenakan komplikasi penyakit diabetes, paru, dan ginjal.
Pada tanggal 30 Mei 2008, assisten Dr. Sb, Dr. C memberitahukan pihak keluarga bahwa ayah saya akan dioperasi prostat pada tanggal 31 Mei 2008, jam 10 pagi. Ini artinya pemberitahuan operasi diberitahukan kepada pihak keluarga hanya dalam selang waktu 1 hari. Sebelumnya pihak keluarga hanya diberitahukan akan kemungkinan operasi, namun belum menyebutkan kepastiannya. Dokter ini juga mengatakan bahwa operasi harus dilakukan pada hari yang telah ditentukan pihak rumah sakit tersebut karena bila tidak kondisi prostat ayah saya dapat semakin parah. Setelah itu pihak rumah sakit memberikan bermacam2 resep obat yang dikatakan harus segera ditebus pada hari itu juga, termasuk 1 dus infus berisi 12 botol dan pasokan darah yang harus kami ambil di PMI. Terus terang pihak keluarga merasa sangat heran dengan kesan terburu-burunya pihak RS Tebet dalam merencanakan operasi prostat pada ayah saya. Bahkan seperti tidak memberi cukup kesempatan bagi kami untuk membicarakan antar keluarga terlebih dahulu, termasuk mengenai harga biaya operasi yang belakangan kami ketahui sangat mahal yaitu hingga mencapai nilai Rp. 20 juta untuk operasi prostat ! [Belakangan kami kemudian membandingkan dengan RS International Bintaro dan RS Mitra International yang ternyata untuk operasi prostat jauh lebih murah yaitu sekitar Rp. 12 juta.] Keheranan dan kebingungan semakin memuncak ketika pada malam harinya sekitar jam 20, artinya hanya beberapa jam sebelum akan dioperasi, tiba-tiba Dr. C mengatakan ayah saya harus di transfusi albumin untuk persiapan operasi esok pagi. Ketika kami tanyakan mengapa harus ditransfusi albumin, Dr C mengatakan karena kadar albumin ayah kami yang rendah yaitu sekitar 2,7 [normal diatas 3]. Saat itu kami berkonsultasi dengan seorang teman yang kebetulan juga seorang dokter dengan membacarakan hasil USG ayah saya, beliau kemudian menyarankan agar sebaiknya operasi prostat ayah saya ditunda karena sepertinya kondisi beliau belum siap untuk dioperasi dan juga dikarenakan hingga 1 hari menjelang operasi, pihak keluarga belum pernah bertemu dengan pihak dokter yang bertanggung jawab akan memimpin operasi ayah saya sedang kami sangat mengharap mendapat penjelasan sejelas-jelasnya dari pihak dokter terutama karena ayah kami juga menderita diabetes yang ini artinya memerlukan penanganan dan persiapan khusus untuk operasi.
Singkatnya, setelah berdiskusi dengan kenalan dokter kami tersebut, akhirnya kami memutuskan untuk menunda operasi dan memberitahukan hal ini kepada pihak dokter di RS Tebet. Namun yang sangat mengherankan, dokter di RS Tebet menolak keras bahkan mengucapkan kata-kata yang menurut kami sangat tidak pantas bahwa kami tidak dapat seenaknya membatalkan operasi. Kami harus cukup lama bersitegang hanya untuk menegaskan kembali kesepakatan pihak keluarga yang seharusnya adalah hak pasien dan keluarga yang dapat diterima dan dihormati oleh pihak dokter dan rumah sakit dimanapun !
Singkat cerita karena mengalami berbagai kekecewaan yang tidak cuma terkait hal diatas tetapi juga buruknya pelayanan di rumah sakit yang sangat tidak professional [dalam 1 hari dapat memberikan lebih dari 5 lembar resep dengan obat yang berbeda dan sangat banyak sehingga kami sampai-sampai dibuat kagum dengan banyaknya jumlah obat yang harus dimakan oleh ayah kami, sikap para suster dan dokter yang sangat tidak bersahabat, dan buruknya system kebersihan rumah sakit dan didalam kamar, padahal kami sudah membayar harga kamar yang cukup mahal yaitu sebesar Rp. 600 ribu / malam], pada akhirnya kami memindahkan ayah kami ke RS Mitra International dan dirumah sakit ini tidak serta merta dokter memutuskan ayah kami harus dioperasi seperti halnya RS Tebet, tetapi harus melewati serangkaian observasi untuk mengetahui kelayakan kondisi jantung, paru, ginjal, dsb apakah memang harus dan layak dioperasi. Dari tim dokter di rumah sakit baru ini juga kami mengetahui bahwa ternyata selama dalam masa perawatan ayah kami di RS Tebet, beliau diberi obat pengencer darah yang dapat beresiko dan berbahaya bagi keselamatan ayah kami bila benar beliau jadi dioperasi pada hari Sabtu pagi, 31 Mei seperti yang diinstruksikan oleh RS Tebet. Karena telah mengkomsumsi obat pengencer darah tersebut, bahkan saat selesai diobservasi di RS Mitra International, beliau belum dapat dioperasi sebelum kadar obat pengencer darah tersebut hilang. Lebih lanjut berdasarkan hasil pemeriksaan menyeluruh yang dilakukan ulang, tim dokter juga berkesimpulan bahwa kondisi ginjal ayah kami semakin buruk oleh karena diberikannya begitu banyak macam obat selama masa perawatan dan rawat jalan beliau di RS Tebet selama 2 tahun terakhir hingga sebelum akhirnya kami memutuskan memindahkan beliau ke RS. Mitra International.
Semakin besar kekecewaan kami pada RS Tebet, padahal selama ini ayah kami telah menjadi pasien dan "pelanggan tetap" rumah sakit tersebut. Dan semakin kami kecewa dikarenakan ulah dan perkataan para dokter dan suster yang sangat tidak ragu-ragu menunjukkan bahwa keramahan dan kualitas pelayanan mereka diutamakan pada nilai uang yang [mampu] dibayar pasien. Lupakah mereka pada sumpah dokter yang mengusung misi kemanusiaan ataukah memang ini kenyataan system pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini yang semua diukur berdasarkan nominal uang dan sangat materialistis.
Namun kami juga sangat bersyukur karena telah dapat mengambil keputusan tepat memindahkan ayah kami ke rumah sakit lain. Tidak dapat kami bayangkan bila operasi tersebut jadi dilaksanakan dengan kondisi ayah kami yang masih belum layak operasi dan telah diberi obat pengencer darah tersebut yang dapat berakibat buruk akan terjadinya komplikasi saat menjalani operasi dan bahkan dapat menimbulkan kematian.
Kami hanya dapat berharap semoga tidak ada “korban” lain dan RS Tebet dapat segera memperbaiki kinerja berbasis uang menjadi berbasis pelayanan kesehatan yang professional dan bertanggung jawab. Satu hal yang perlu disadari oleh managemen RS Tebet, bahwa di era maraknya persaingan antar rumah sakit seperti sekarang ini, jangan hanya bisa mematok harga tinggi untuk suatu pelayanan kesehatan, tetapi sebaiknya juga didukung oleh kecakapan dan kemampuan dalam melayani. Bila tidak, maka tidak ada bedanya antara pelayanan rumah sakit yang dipimpin oleh para dokter yang seharusnya memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dengan pelayanan yang diberikan oleh para dukun !