June 5, 2008

Balada FPI

Inilah cerita balada FPI yang mengaku sebagai kelompok 'pembela', tetapi tak lebih dari sekedar kelompok preman berjubah yang terorganisir ! Hebatnya [atau parahnya !] mereka ini sangat berani membawa nama agama dan bahkan menyebut nama Tuhannya dalam setiap aksi mereka yang lebih sering mengusung tema kekerasan, daripada membawa pesan moral yang sesungguhnya....[yaach, iyalah...namanya saja preman!!!] 

Mengusung bendera agama Islam yang memiliki arti "damai", tetapi adakah rasa malu saat mengucapkan kata-kata favourite mereka, "Lumatkan xxx,", "perang terhadap xxx", "bunuh xxx", "bakar xxx", "kafir xxx", ....dst dst...kemana perginya kesantunan dalam ucapan dan tindak-tanduk yang seharusnya dimiliki oleh tokoh-tokoh FPI yang mengaku memiliki ilmu keagamaan yang tinggi, kemana perginya kasih dan pengampunan, sesuatu yang seharusnya kita miliki bila kita telah berani menyebut diri sebagai orang yang beragama dan takut akan Tuhan...ataukah mereka lupa bahwa mereka itu sama sekali BUKAN wakil Tuhan di bumi, dan bahwasanya setiap manusia di bumi Indonesia ini punya hak yang sama untuk hidup secara penuh baik jasmani maupun rohani??? Jengah rasanya melihat 'dagelan" balada FPI di berbagai media televisi beberapa hari ini...ini saranku buat bung Habib Rizieq, bung Munarman, dan teman-teman sejawatnya, coba dehh kembali deeh ke pesantren....cobalah pelajari dan kembali dalami ajaran Islam yang sesungguhnya dengan mau membuka hati selebar-lebarnya, berdoalah dengan ketulusan, agar mendapat hidayah yang sesungguhnya.....kuragukan bahwa ajaran Islam yang saat ini mereka ketahui hanyalah berdasarkan interpretasi yang jelas-jelas salah dan melenceng. 

Namun demikian, dagelan balada FPI seharusnya juga membuat kita tersadar. Ada yang salah pada moral masyarakat kita. Begitu mudah kita dihasut. Begitu mudah kita diprovokasi. Betapa susah kita mengerti bahwa "perbedaan" adalah hal yang biasa, dan bukan sesuatu yang harus dimusuhi. Dan betapa naifnya kita sebagai manusia, yang merasa memiliki hak untuk menghakimi manusia lain hanya karena mereka memiliki perbedaan keyakinan. 

Hal lain yang seharusnya juga membuat kita tersadar, betapa lemah sistem keamanan negeri ini. Kemana perginya polisi saat dibutuhkan? Kemana perginya keadilan? Polisi seharusnya dapat lebih memiliki peran preventif, bukan sekedar sebagai "fire-man". Barangkali ini saatnya agar Pemerintah dan DPR dapat menyediakan polisi-polisi yang cukup keberadaan dan jumlahnya, serta mengusung profesionalisme dalam bertugas guna melindungi kita semua. 

[Note: Jika bung Habib Rizieq, bung Munarman serta teman-teman FPI membaca tulisanku ini, mohon jangan menyebut ini tulisan seorang kafir, mari belajar dari Nabi Muhammad yang mengembalikan peradaban dan kemanusiaan ketengah-tengah masyarakat jahiliyah]. 

2 comments:

goresan pena said...

wah, setuju banget aku dengan tulisan ini!
aku yang muslim aja ngerasa malu banget... perasaan kok yah... gitu2 banget...
biasa ajalah... santai...!
oya, ngomong2 tentang perbedaan, jadi inget lagu tere feat falent: mengapa ini yang terjadi. masih inget gak...
gini liriknya kalo' ga salaj...
"tiada yang salah dengan perbedaan dan segala yang kita punya, yang salah hanyalah sudut pandang kita yang membuat kita berbeda..
karna tak seharusnya perbedaan menjadi aral..
bukankah kita, diciptakan untuk dapat saling memahami...
mengapa ini yang terjadi?"

hehe, kalo' ada yang salah, maklum aja...agak2 lupa..

Lia Marpaung said...

ga papa salah kok bu, yang penting message-nya nyampe kok hehehe bahwa memang tiada yg salah dengan perbedaan...semua cuma masalah selera akan sudut pandang yang memang tidak setiap orang memiliki kesamaan....justru perbedaan membuat hidup jadi lebih berwarna...